Immanuel Kant adalah seorang filsuf besar Jerman
abad ke-18 yang memiliki pengaruh sangat luas bagi dunia intelektual. Pengaruh
pemikirannya merambah dari wacana metafisika hingga etika politik dan dari
estetika hingga teologi. Lebih dan itu, dalam wacana etika ia juga
mengembangkan model filsafat moral baru yang secara mendalam mempengaruhi
epistemologi selanjutnya.
Telaah atas pemikiran Kant merupakan kajian yang
cukup rumit, sedikitnya karena dua alasan. Pertama, Kant membongkar seluruh
filsafat sebelumnya dan membangunnya secara baru sama sekali. Filsafatnya itu
oleh Kant sendiri disebut Kritisisme untuk melawankannya dengan Dogmatisme.
Dalam karyanya berjudul Kritik der reinen Vernunft (Kritik Akal Budi Murni,
1781/1787) Kant menanggapi, mengatasi, dan membuat sintesa antara dua arus
besar pemikiran modern, yakni Empirisme dan Rasionalisme. Revolusi filsafat
Kant ini seringkali diperbandingkan dengan revolusi pandangan dunia Copernicus,
yang mematahkan pandangan bahwa bumi adalah datar.
Kedua, sumbangan Kant bagi Etika. Dalam Metaphysik
der Sitten (Metafisika Kesusilaan, 1797), Kant membuat distingsi antara
legalitas dan moralitas, serta membedakan antara sikap moral yang berdasar pada
suara hati (disebutnya otonomi) dan sikap moral yang asal taat pada peraturan
atau pada sesuatu yang berasal dan luar pribadi (disebutnya heteronomi).
Tiga Pokok Pemikiran Immanuel Kant
Immanuel Kant seorang filsuf termasyhur dari Jerman
memiliki tiga pokok pemikiran yang harus diketahui terlebih dahulu, dikarenakan
pemikirannya begitu original dan terlihat berbeda dari pemikiran para filsuf
sebelumnya terutama berangkat dari filsuf Inggris bernama David Hume. Berikut
ini pokok pemikirnnya:
1. Panca
indera, akal budi dan rasio. Kita sudah tahu tentang arti empirisme yang
mementingkan pengalaman inderawi dalam memperoleh pengetahuan dan rasionalisme
yang mengedepankan penggunaan rasio dalam memperoleh pengetahuan, tetapi rasio
yang kita ketahui adalah sama dengan akal dan logis, namun Kant memberi
definisi berbeda. Pada Kant istilah rasio memiliki arti yang baru, bukan lagi
sebagai langsung kepada pemikiran, tetapi sebagai sesuatu yang ada “di
belakang” akal budidan pengalaman inderawi. Dari sini dapat dipilah bahwa ada
tiga unsur yaitu akal budi (Verstand), rasio (Vernunft) dan pengalaman
inderawi.
2. Dalam
filsafatnya Kant mencoba untuk mensinergikan antara rasionalisme dan empirisme.
Ia bertujuan untuk membuktikan bahwa sumber pengetahuan itu diperoleh tidak
hanya dari satu unsur saja melainkan dari dua unsur yaitu pengalaman inderawi
dan akal budi. Pengetahuan a-priori merupakan jenis pengetahuan yang datang
lebih dulu sebelum dialami, seperti misalnya pengetahuan akan bahaya, sedankan
a-posteriori sebaliknya yaitu dialami dulu baru mengerti misalnya dalam
menyelesaikan Rubix Cube. Kalau salah satunya saja yang dipakai misalnya hanya
empirisme saja atau rasionalisme saja maka pengetahuan yang diperoleh tidaklah
sempurna bahkan bisa berlawanan. Filsafat Kant menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan
gabungan (sintesis) antara keduanya.
3. Dari
sini timbullah bahwa Kant adalah seorang Kopernikan dalam bidang filsafat.
Sebelum Kant, filsafat hampir selalu memandang bahwa orang (subjek) yang
mengamati objek, tertuju pada objek, penelitian objek dan sebagainya. Kant
memberikan arah yang sama sekali baru, merupakan kebalikan dari filsafat
sebelumnya yaitu bahwa objeklah yang harus mengarahkan diri kepada subjek. Kant
dapat dikatakan sebagai seorang revolusioner karena dalam ranah Filsafat
Immanuel Kant pengetahuan ia tidak memulai pengetahuan dari objek yang ada
tetapi dari yang lebih dekat terlebih dahulu yaitu si pengamat objek (subjek).
Dengan ini tambah lagi salah satu fungsi filsafat yaitu membongkar pemikiran
yang sudah dianggap mapan dan merekonstruksikannya kembali menjadi satu yang
fresh, logis, dan berpengaruh.
Pemikiran Kritisisme Immanuel Kant Filsafat yang dikenal dengan
kritisisme adalah filsafat yang diintrodusir oleh Immanuel kant. Kritisisme
adalah filsafat yang memulai perjalanannya dengan terlebih dahulu menyelidiki
kemampuan dan batas-batas rasio. Perkembangan ilmu Immanuel Kant mencoba untuk
menjebatani pandangan Rasionalisme dan Empirisisme, teori dalam aliran filsafat
Kritisisme adalah sebuah teori pengetahuan yang berusaha untuk mempersatukan
kedua macam unsur dari filsafat Rasionalisme dan disini kekuatan kritis
filsafat sangatlah penting, karena ia bisa menghindari kemungkinan ilmu
pengetahuan menjadi sebuah dogma. Filsafat ini memulai pelajarannya dengan
menyelidiki batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia.
Oleh karena itu, kritisisme sangat berbeda dengan corak filsafat modern
sebelumnya yang mempercayai kemampuan rasio secara mutlak. Isi utama dari
kritisisme adalah gagasan Immanuel Kant tentang teori pengetahuan, etika dan
estetika. Gagasan ini muncul karena adanya pertanyaan-pertanyaan mendasar yang
timbul pada pemikiran Immanuel Kant. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Apakah yang dapat kita ketahui?
2. Apakah yang boleh kita lakukan?
3. Sampai di manakah pengharapan kita?
4. Apakah manusia itu?
v Ciri-ciri
kritisisme dapat disimpulkan dalam tiga hal:
1. Menganggap bahwa objek pengenalan itu
berpusat pada subjekdan bukan pada objek.
2. Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio
manusia untuk mengetahui realitas atau hakikat sesuatu; rasio hanyalah mampu
menjangkau gejalanya atau fenomenanya saja.
3. Menjelaskan bahwa pengenalan manusia atas
sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara peranan unsur anaximanesa
priori yang berasal dari rasio serta
berupa ruang dan waktu dan peranan unsur aposteriori yang berasal dari pengalaman yang berupa
materi.
Selain beberapa hal terebut di atas
Immanuel Kant terkenal dengan 12 Kategori Kant. Apa saja yang termasuk, berikut
ini adalah 12 kategori Kant:
1. Unitas
2. Pluralitas
3. Tolalitas
4. Realitas
5. Negasi
6. Pembatasan
7. Inheren dan Penghidupan
(Substansi dan Aksiden)
8. Kausalitas dan
Ketergantungan ( Sebab dan Akibat)
9. Pertukaran antara
komunitas antara Agen dan Pasien
10. Kemungkinan –
kemustahilan
11. Eksistensi dan
Noneksistensi
12.
Pendelegasian kepentingan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar