Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku
belajar terutama yang berhubungan dengan pemecahan masalah. Pada umumnya siswa
yang berpikir rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian
dalam menjawab pertanyaan “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why). Dalam berpikir
rasional, siswa dituntut menggunakan logika (akal sehat) untuk menentukan sebab
akibat, menganalisis, menarik simpulan-simpulan, dan bahkan juga menciptakan
hukum-hukum (kaidah teoretis) dan ramalan-ramalan.Dalam hal berpikir kritis,
siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji
keandalan gagasan pemecahan masalah dan mengatasi kesalahan atau kekurangan
(Reber dalam Syah, 2010: 118).Proses atau jalannya berpikir rasional itu pada
pokoknya ada tiga langkah, yaitu:
a.
Pembentukan
pengertian; merupakan pengertian logis yang dibentuk melalui tiga tingkat
yaitu: (1) Menganalisa ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis. Objek
tersebut kita perhatikan unsur-unsurnya satu demi satu. (2)
Membanding-bandingkan ciri-ciri tersebut untuk diketemukan ciri-ciri mana yang
sama, mana yang tidak sama, mana yaang selalu ada dan mana yang tidak selalu
ada, mana yang hakiki dan mana yang tidak hakiki. (3) Mengabstraksikan,
menyisihkan, membuang ciri-cirinya yang tidak hakiki, menangkap ciri-ciri yang
hakiki; misalnya manusia adalah makhluk yang berbudi.
b.
Pembentukan
pendapat, yaitu meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih.
Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat, yang terdiri dari pokok
kalimat atau subjek dan sebutan atau predikat. Subjek adalah pengertian yang
diterangkan, sedangkan predikat adalah pengertian yang menerangkan; misalnya
rumah itu baru. Pendapat ada tiga jenis; (1) Afirmatif, yaitu pendapat yang
secara tegas menyatakan keadaan sesuatu. (2) Negatif, yaitu pendapat yang
secara tegas menerangkan tentang tidak adanya sesuatu sifat pada suatu hal. (3)
Modalitas, yaitu pendapat yang menerangkan kebarangkalian, kemungkinan-kemungkinan
sesuatu sifat pada sesuatu hal.
c.
Penarikan
kesimpulan atau pembentukan keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk
membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Ada tiga
macam keputusan; (1) Induktif, yaitu keputusan yang diambil dari
pendapat-pendapat khusus menuju ke satu pendapat umum. (2) Deduktif, yaitu
keputusan yang ditarik dari hal umum ke hal yang khusus. (3) Analogis, yaitu
keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan dengan
pendapat-pendapat khusus yang telah ada.
Oleh karena itu, berfikir rasional akan sangat berguna dalam
memecahkan suatu masalah (problem solving) karena berfikir rasional selalu
mengedepankan objektifitas daripada subjektifitas. Sebab, subjektifitas selalu
dipengaruhi oleh emosi dan ego yang berdampak melihat sesuatu dari sudut
pandang pribadi.Dalam berfikir rasional hal ini harus dihindari supaya
melahirkan suatu sikap objektif.Contohnya : seorang siswa yang sedang mendapati
masalah dengan kelangsungan mengikuti UAS, karena kartu UAS-nya tidak dapat
diambil atau ditahan. Ia akan berpikir dan mencari tahu (penyebab) mengapa
kartu UAS-nya ditahan. Lalu ia menganalisis, dan hasil analisisnya kartunya
ditahan karena ia belum melunasi pembayaran dan kesimpulan yang ditarik ia
harus segera melunasi pembayaran atau mendatangi staf bagian keadministrasian
untuk membuat perjanjian pembayaran, agar mendapat keringanan sehingga kartu
UAS milik siswa tersebut dapat diambil.
Berpikir kritis menurut John Dewey(dalam Fisher,2008:2) adalah
sebuah proses aktif, proses dimana anda memikirkan berbagai hal secara lebih
mendalam untuk diri anda, mengajukan berbagai pertanyaan untuk diri anda,
menemukan informasi yang relevan untuk diri anda dan lain-lain, ketimbang
menerima berbagai hal dari orang lain sebagian besarnya secara pasif dengan
mendefinisikan berpikir kritis sebagai proses yang persisten (terus-menerus).
Sedangkan
menurut Fisher dan Scrivent(Fisher,2008:10) berpikir kritis adalah interpretasi
dan evaluasi yang tampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi
dan argumentasi.Berpikir baru dikatakan kritis manakala si pemikir berusaha
menganalisis argumentasi secara cermat, mencari bukti yang sah, dan
menghasilkan kesimpulan yang mantap untuk mempercayai dan melakukan sesuatu
(Darmawan, 2010).
Seseorang
pemikir kritis mempunyai kecenderungan batin untuk: (1) mencari kejelasan
masalah; (2) mencari alasan; (3) berusaha mendapatkan informasi sebanyak
mungkin; (4) menggunakan dan menyebutkan sumber yang handal; (5)memperhatikan
situasi keseluruhan; (6)berusaha konsisten dengan pokok permasalahan; (7)
berperan teguh akan dasar permasalahan (8) mencari alternatif; (9) berpikiran
terbuka; (10) mengambil atau berganti posisi karena bukti dan alasan yang
cukup; (11) mencari ketepatan secermat mungkin; (12) memecahkan persoalan
secara teratur pada bagian-bagian keseluruhan; (13) menggunakan keterampilan
berpikir kritis; dan (14) sensitif terhadap perasaan(Marzano, dalam Darmawan,
2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar