Rabu, 07 Desember 2016

Berpikir Rasional dan Kritis Dalam Belajar



Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang berhubungan dengan pemecahan masalah. Pada umumnya siswa yang berpikir rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why). Dalam berpikir rasional, siswa dituntut menggunakan logika (akal sehat) untuk menentukan sebab akibat, menganalisis, menarik simpulan-simpulan, dan bahkan juga menciptakan hukum-hukum (kaidah teoretis) dan ramalan-ramalan.Dalam hal berpikir kritis, siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecahan masalah dan mengatasi kesalahan atau kekurangan (Reber dalam Syah, 2010: 118).Proses atau jalannya berpikir rasional itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu:
a.     Pembentukan pengertian; merupakan pengertian logis yang dibentuk melalui tiga tingkat yaitu: (1) Menganalisa ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis. Objek tersebut kita perhatikan unsur-unsurnya satu demi satu. (2) Membanding-bandingkan ciri-ciri tersebut untuk diketemukan ciri-ciri mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yaang selalu ada dan mana yang tidak selalu ada, mana yang hakiki dan mana yang tidak hakiki. (3) Mengabstraksikan, menyisihkan, membuang ciri-cirinya yang tidak hakiki, menangkap ciri-ciri yang hakiki; misalnya manusia adalah makhluk yang berbudi.
b.    Pembentukan pendapat, yaitu meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat, yang terdiri dari pokok kalimat atau subjek dan sebutan atau predikat. Subjek adalah pengertian yang diterangkan, sedangkan predikat adalah pengertian yang menerangkan; misalnya rumah itu baru. Pendapat ada tiga jenis; (1) Afirmatif, yaitu pendapat yang secara tegas menyatakan keadaan sesuatu. (2) Negatif, yaitu pendapat yang secara tegas menerangkan tentang tidak adanya sesuatu sifat pada suatu hal. (3) Modalitas, yaitu pendapat yang menerangkan kebarangkalian, kemungkinan-kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal.
c.     Penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Ada tiga macam keputusan; (1) Induktif, yaitu keputusan yang diambil dari pendapat-pendapat khusus menuju ke satu pendapat umum. (2) Deduktif, yaitu keputusan yang ditarik dari hal umum ke hal yang khusus. (3) Analogis, yaitu keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada.
Oleh karena itu, berfikir rasional akan sangat berguna dalam memecahkan suatu masalah (problem solving) karena berfikir rasional selalu mengedepankan objektifitas daripada subjektifitas. Sebab, subjektifitas selalu dipengaruhi oleh emosi dan ego yang berdampak melihat sesuatu dari sudut pandang pribadi.Dalam berfikir rasional hal ini harus dihindari supaya melahirkan suatu sikap objektif.Contohnya : seorang siswa yang sedang mendapati masalah dengan kelangsungan mengikuti UAS, karena kartu UAS-nya tidak dapat diambil atau ditahan. Ia akan berpikir dan mencari tahu (penyebab) mengapa kartu UAS-nya ditahan. Lalu ia menganalisis, dan hasil analisisnya kartunya ditahan karena ia belum melunasi pembayaran dan kesimpulan yang ditarik ia harus segera melunasi pembayaran atau mendatangi staf bagian keadministrasian untuk membuat perjanjian pembayaran, agar mendapat keringanan sehingga kartu UAS milik siswa tersebut dapat diambil.
Berpikir kritis menurut John Dewey(dalam Fisher,2008:2) adalah sebuah proses aktif, proses dimana anda memikirkan berbagai hal secara lebih mendalam untuk diri anda, mengajukan berbagai pertanyaan untuk diri anda, menemukan informasi yang relevan untuk diri anda dan lain-lain, ketimbang menerima berbagai hal dari orang lain sebagian besarnya secara pasif dengan mendefinisikan berpikir kritis sebagai proses yang persisten (terus-menerus).
Sedangkan menurut Fisher dan Scrivent(Fisher,2008:10) berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang tampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi.Berpikir baru dikatakan kritis manakala si pemikir berusaha menganalisis argumentasi secara cermat, mencari bukti yang sah, dan menghasilkan kesimpulan yang mantap untuk mempercayai dan melakukan sesuatu (Darmawan, 2010).
Seseorang pemikir kritis mempunyai kecenderungan batin untuk: (1) mencari kejelasan masalah; (2) mencari alasan; (3) berusaha mendapatkan informasi sebanyak mungkin; (4) menggunakan dan menyebutkan sumber yang handal; (5)memperhatikan situasi keseluruhan; (6)berusaha konsisten dengan pokok permasalahan; (7) berperan teguh akan dasar permasalahan (8) mencari alternatif; (9) berpikiran terbuka; (10) mengambil atau berganti posisi karena bukti dan alasan yang cukup; (11) mencari ketepatan secermat mungkin; (12) memecahkan persoalan secara teratur pada bagian-bagian keseluruhan; (13) menggunakan keterampilan berpikir kritis; dan (14) sensitif terhadap perasaan(Marzano, dalam Darmawan, 2010).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar