Meskipun Comte yang
membersihkan istilah “positivisme”, gagasan yang terkandung dalam kata itu bukan
berasal darinya. Kaum positivis percaya bahwa masyarakat merupakan bagian dari alam
dan bahwa metode-metode penelitian empiris dapat dipergunakan untuk menemukan hukum-hukumnya
sudah tersebar luas lingkungan intelektual pada masa Comte. Akan tetapi,
sementara kebanyakan kelompok positif berasal dari kalangan orang-orang yang
progresif, yang bertekad menyampakkan taridisi-tradisi irasional dan memperbaharui
masyarakat menurut hokum-hukum alami tuakan membukakan batas-batas yang pasti
(inherent) dalam kenyataan social, dan jika melampaui batas-batas itu, usaha pembaharuan
akan merusakkan dan menghasilkan yang sebaliknya. Skeptisisme Comte berhubungan
dengan usaha-usaha pembaharuan besar-besaran serta penghargaan terhadap tonggak-tonggak
keteraturan social tradisiona lmenyebabkan dia dimasukkan kedalam kategori
orang konservatif.
Comte
melihat masyarakat sebagai suatu keseluruhan organic yang kenyataannya lebih dari
pada sekedar jumlah bagian-bagian yang saling bergantung, tetapi untuk mengerti
kenyataan ini, metode penelitian empiris harus digunakan dengan keyakinan bahwa
masyarakat merupakan suatu bagian dari alam seperti halnya gejala fisik. Andreski berpendapat, pendirian Comte bahwa masyarakat
merupakan bagian dari alam dan bahwa memperoleh
pengetahuan metode-metode penelitian empiris dari ilmu-ilmu alam lainnya,
merupakan sumbangannya yang tidak terhingga nilainya terhadap perkembangan sosiologi.
Tentu saja, keyakinan inilah dan bukan teori
substantifnya tentang masyarakat, yang bernilai bagi usaha sosiologi sekarang ini.
(Jhonson, 82)
Comte
melihat perkembangan ilmu tentang masyarakat yang bersifat alamiah sebagai puncak
suatu proses kemajuan intelektual yang logis yang telah dilewati oleh ilmu-illmu
lainnya. Kemajuan ini mencakup perkembangan dari bentuk-bentuk pemikiran teologis
purba, penjelasan metafisik, dan akhirnya sampai terbentuknya hokum-hukum ilmiah
yang positif. Bidang sosiologi atau fisika social adalah paling akhir melewati tahap-tahap
ini, karena pokok permasalahannya lebih kompleks dari pada yang terdapat dalam ilmu
fisika dan biologi.
Mengatasi cara-cara berfikir mutlak
yang terdapat dalam tahap-tahap pra-positif menerima kenisbian pengetahuan kita
serta terus menerus terbuka terhadap kenyataan-kenyataan baru, merupakan cirri
khas yang membedakan pendekata positif yang digambarkan Comte. Dia menulis :
“Kalau
kita memandang semangat positif itu dalam hubungannya dengan konsepsi ilmiah,
kita akan menemukan bahwa filsafat ini dibedakan dari metafisika-teologis oleh
kecenderungan untuk menisibkan ide-ide yang tadinya dipandang mutlak. Dalam
suatu pandangan ilmiah, pertentangan antara yang nisbi dan yang mutlak dapat
dilihat sebagai perwujudan yang menentukan dari perselisihan antara filsafat
modern dan filsafat kuno. Semua penelitian mengenai hakikat dari segala yang
ada serta sebab-sebab pertama dan terakhir, harus selalu ilmiah, sedangkan
studi mengenai hokum-hukum gejala harus bersifat nisbi, karena studi ini
mengandalkan suatu kemajuan pemikiran terus menerus, yang tunduk pada
penyempurnaan pengamatan secara bertahap, tanpa pernah akan membukakan secara
penuh kenyataan setepat-tepatnya. Jadi, sifat nisbi konsepsi ilmiah tidak tidak
terpisahkan dari pengertian yang tepat mengenai hokum-hukum alam, seperti
halnya kecenderungan khayali akan pengetahuan mutlak yang menyertai setiap
penggunaan fiksi teologis dan hal-hal metafisik.” (jhonson, 82-83)
Pokok pandangan dinyatakan Comte dengan
agak angkuh ini, wajar dalam disiplin sosiologi masa kini, yang sulit untuk
menilai secara tepat pentingnya suatu perubahan yang terjadi pada masa Comte.
Sesudah menentukan sifat epistimologi
umum (seperangkat gagasan) dari pendekatan positif, Comte lalu menunjukkan
metode-metode khusus penelitian empiris yang sama untuk semua ilmu :
pengamatan, eksperiman dan perbandingan. Akan tetapi, Comte mengakui bahwa
tidak mungkin menunggu semua fakta tersedia sebelum merumuskan suatu hokum
teoritis, sekurang-kurangnya untuk sementara, dalam pengamatan, suatu metode
yang paling kurang canggih, tidak sekedar mencakup pendaftaran semua fakta itu.
Sebaliknya, pengamatan diarahkan oleh semacam teori implisit yang memberikan
arah kepada si pengamat gejala empiris yang mana yang patut dicatat. Eksperimen
sebagai suatu metode, lebih terbatas daripada dua lainnya, karena sulitnya
melaksanakan eksperimen ilmiah dalam kehidupan social. Akan tetapi, metode
eksperimen tidak harus bergantung pada keterlibatan langsung dalam
proses-proses social. Eksperimen alamiah dapat terjadi, seperti apabila suatu
perkembangan social teologis mengganggu hokum-hukum normal dalam masyarakat.
Perkembangan politik revolusioner merupakan contoh kasus yang tepat.
Analisis komperatif dalam mencakup
perbandingan antara rupun manusia dan bukan manusia, antara
masyarakat-masyarakat yang berbeda dan hidup berdampingan, serta antara
tahap-tahap yang berbeda dalam masyarakat tertentu. Tipe perbandingan yang
terakhir ini melahirkan metode keempat, yakni analisis historis, suatu metode
yang khusus untuk gejala social yang memungkinkan suatu pemahaman mengenai
hokum-hukum dasar perkembangan social.
Gagasan untuk menggunakan metode-metode
penelitian empiris yang sama seperti yang digunakan dalam ilmu fisika dan
biologi untuk menganalisis gejala social sejalan dengan pandangan. Comte
mengenal kesatuan filosofis dari semua ilmu. Sesungguhnya, salah satu tujuan
utama dari bukunya Course of Positive Philosophy adalah menunjukkan
kesatuan ini dengan menganalisis dasar-dasar filosofis dari semua ilmu, dari
matematika dan astronomi, sampai sosiologi. (Paul Jhonson, 83)
Kesatuan ilmu juga diperlihatkan;
menurut Comte, semua ilmu itu memperlihatkan hokum perkembangan intelektual
yang sama, seperti tampak dalam perkembangan melalui tiga tahap pemikiran,
yaitu teologis, metafisik dan positif. Adapun gagasan dasar bawah sadar manusia
dan gejala social merupakan bagian dari alam dan dapat dianalisis dengan
metode-netode ilmu alam, sumbangan Comte adalah memberikan suatu analisis
komprehensif mengenai kesatuan filosofis dan metodologis yang menjadi dasar
antara apa yang disebut ilmu-ilmu alam dan ilmu social. Bukunya The Course
of Philosophy merupakan sebuah ensiklopedi mengenai evolusi filosofis dari
semua ilmu dan merupakan suatu pernyataan yang sistematis tentang filsafat
positif, yang semua itu terwujud dalam tahap terakhir perkembangan. Topik-topik
yang tercakup, meliputi matematika, astronomi, fisika kimia, biologi dan fisika
social (sosiologi), yang terperinci lagi ke berbagai spesialisasi misalnya,
dalam fisika, Comte memasukkan barologi, termologi, akustik, optic dan
elektrologi. Untuk setiap spesialisasi yang berbeda-beda itu, comte menunjukkan
pembagian dasar antara statika dan dinamika gejala yang bersangkutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar