Sabtu, 17 Desember 2016

Perspektif Positivistik Tentang Masyarakat



Meskipun Comte yang membersihkan istilah “positivisme”, gagasan yang terkandung dalam kata itu bukan berasal darinya. Kaum positivis percaya bahwa masyarakat merupakan bagian dari alam dan bahwa metode-metode penelitian empiris dapat dipergunakan untuk menemukan hukum-hukumnya sudah tersebar luas lingkungan intelektual pada masa Comte. Akan tetapi, sementara kebanyakan kelompok positif berasal dari kalangan orang-orang yang progresif, yang bertekad menyampakkan taridisi-tradisi irasional dan memperbaharui masyarakat menurut hokum-hukum alami tuakan membukakan batas-batas yang pasti (inherent) dalam kenyataan social, dan jika melampaui batas-batas itu, usaha pembaharuan akan merusakkan dan menghasilkan yang sebaliknya. Skeptisisme Comte berhubungan dengan usaha-usaha pembaharuan besar-besaran serta penghargaan terhadap tonggak-tonggak keteraturan social tradisiona lmenyebabkan dia dimasukkan kedalam kategori orang konservatif.
Comte melihat masyarakat sebagai suatu keseluruhan organic yang kenyataannya lebih dari pada sekedar jumlah bagian-bagian yang saling bergantung, tetapi untuk mengerti kenyataan ini, metode penelitian empiris harus digunakan dengan keyakinan bahwa masyarakat merupakan suatu bagian dari alam seperti halnya gejala fisik.  Andreski berpendapat, pendirian Comte bahwa masyarakat merupakan  bagian dari alam dan bahwa memperoleh pengetahuan metode-metode penelitian empiris dari ilmu-ilmu alam lainnya, merupakan sumbangannya yang tidak terhingga nilainya terhadap perkembangan sosiologi. Tentu saja,  keyakinan inilah dan bukan teori substantifnya tentang masyarakat, yang bernilai bagi usaha sosiologi sekarang ini. (Jhonson, 82)
Comte melihat perkembangan ilmu tentang masyarakat yang bersifat alamiah sebagai puncak suatu proses kemajuan intelektual yang logis yang telah dilewati oleh ilmu-illmu lainnya. Kemajuan ini mencakup perkembangan dari bentuk-bentuk pemikiran teologis purba, penjelasan metafisik, dan akhirnya sampai terbentuknya hokum-hukum ilmiah yang positif. Bidang sosiologi atau fisika social adalah paling akhir melewati tahap-tahap ini, karena pokok permasalahannya lebih kompleks dari pada yang terdapat dalam ilmu fisika dan biologi.
               Mengatasi cara-cara berfikir mutlak yang terdapat dalam tahap-tahap pra-positif menerima kenisbian pengetahuan kita serta terus menerus terbuka terhadap kenyataan-kenyataan baru, merupakan cirri khas yang membedakan pendekata positif yang digambarkan Comte. Dia menulis :
“Kalau kita memandang semangat positif itu dalam hubungannya dengan konsepsi ilmiah, kita akan menemukan bahwa filsafat ini dibedakan dari metafisika-teologis oleh kecenderungan untuk menisibkan ide-ide yang tadinya dipandang mutlak. Dalam suatu pandangan ilmiah, pertentangan antara yang nisbi dan yang mutlak dapat dilihat sebagai perwujudan yang menentukan dari perselisihan antara filsafat modern dan filsafat kuno. Semua penelitian mengenai hakikat dari segala yang ada serta sebab-sebab pertama dan terakhir, harus selalu ilmiah, sedangkan studi mengenai hokum-hukum gejala harus bersifat nisbi, karena studi ini mengandalkan suatu kemajuan pemikiran terus menerus, yang tunduk pada penyempurnaan pengamatan secara bertahap, tanpa pernah akan membukakan secara penuh kenyataan setepat-tepatnya. Jadi, sifat nisbi konsepsi ilmiah tidak tidak terpisahkan dari pengertian yang tepat mengenai hokum-hukum alam, seperti halnya kecenderungan khayali akan pengetahuan mutlak yang menyertai setiap penggunaan fiksi teologis dan hal-hal metafisik.” (jhonson, 82-83)
               Pokok pandangan dinyatakan Comte dengan agak angkuh ini, wajar dalam disiplin sosiologi masa kini, yang sulit untuk menilai secara tepat pentingnya suatu perubahan yang terjadi pada masa Comte.
               Sesudah menentukan sifat epistimologi umum (seperangkat gagasan) dari pendekatan positif, Comte lalu menunjukkan metode-metode khusus penelitian empiris yang sama untuk semua ilmu : pengamatan, eksperiman dan perbandingan. Akan tetapi, Comte mengakui bahwa tidak mungkin menunggu semua fakta tersedia sebelum merumuskan suatu hokum teoritis, sekurang-kurangnya untuk sementara, dalam pengamatan, suatu metode yang paling kurang canggih, tidak sekedar mencakup pendaftaran semua fakta itu. Sebaliknya, pengamatan diarahkan oleh semacam teori implisit yang memberikan arah kepada si pengamat gejala empiris yang mana yang patut dicatat. Eksperimen sebagai suatu metode, lebih terbatas daripada dua lainnya, karena sulitnya melaksanakan eksperimen ilmiah dalam kehidupan social. Akan tetapi, metode eksperimen tidak harus bergantung pada keterlibatan langsung dalam proses-proses social. Eksperimen alamiah dapat terjadi, seperti apabila suatu perkembangan social teologis mengganggu hokum-hukum normal dalam masyarakat. Perkembangan politik revolusioner merupakan contoh kasus yang tepat.
               Analisis komperatif dalam mencakup perbandingan antara rupun manusia dan bukan manusia, antara masyarakat-masyarakat yang berbeda dan hidup berdampingan, serta antara tahap-tahap yang berbeda dalam masyarakat tertentu. Tipe perbandingan yang terakhir ini melahirkan metode keempat, yakni analisis historis, suatu metode yang khusus untuk gejala social yang memungkinkan suatu pemahaman mengenai hokum-hukum dasar perkembangan social.
               Gagasan untuk menggunakan metode-metode penelitian empiris yang sama seperti yang digunakan dalam ilmu fisika dan biologi untuk menganalisis gejala social sejalan dengan pandangan. Comte mengenal kesatuan filosofis dari semua ilmu. Sesungguhnya, salah satu tujuan utama dari bukunya Course of Positive Philosophy adalah menunjukkan kesatuan ini dengan menganalisis dasar-dasar filosofis dari semua ilmu, dari matematika dan astronomi, sampai sosiologi. (Paul Jhonson, 83)
               Kesatuan ilmu juga diperlihatkan; menurut Comte, semua ilmu itu memperlihatkan hokum perkembangan intelektual yang sama, seperti tampak dalam perkembangan melalui tiga tahap pemikiran, yaitu teologis, metafisik dan positif. Adapun gagasan dasar bawah sadar manusia dan gejala social merupakan bagian dari alam dan dapat dianalisis dengan metode-netode ilmu alam, sumbangan Comte adalah memberikan suatu analisis komprehensif mengenai kesatuan filosofis dan metodologis yang menjadi dasar antara apa yang disebut ilmu-ilmu alam dan ilmu social. Bukunya The Course of Philosophy merupakan sebuah ensiklopedi mengenai evolusi filosofis dari semua ilmu dan merupakan suatu pernyataan yang sistematis tentang filsafat positif, yang semua itu terwujud dalam tahap terakhir perkembangan. Topik-topik yang tercakup, meliputi matematika, astronomi, fisika kimia, biologi dan fisika social (sosiologi), yang terperinci lagi ke berbagai spesialisasi misalnya, dalam fisika, Comte memasukkan barologi, termologi, akustik, optic dan elektrologi. Untuk setiap spesialisasi yang berbeda-beda itu, comte menunjukkan pembagian dasar antara statika dan dinamika gejala yang bersangkutan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar