Jumat, 09 Desember 2016

Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam



              Sebagaimana filsafat pendidikan pada umumnya,4 maka filsafat pendidikan Islam juga menyangkut pemikiran-pemikiran yang terkait dengan masalah pendidikan, yakni pendidikan Islam. Filsafat pendidikan Islam adalah pedoman bagi perancang dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Dengan demikian filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya merupakan landasan dasar penyusunan bagi bangunan sebuah sistem [1]pendidikan Islam itu sendiri.
              Filsafat pendidikan Islam yang bertumpu pada pemikiran mengenai masalah pendidikan Islam tak dapat dilepaskan dari tugas dan misi kerasulan, yakni untuk menyempurnakan akhlak. Kemudian penyempurnaan akhlak terkait pula dengan hakikat penciptaan manusia, yakni menjadi pengabdi Allah yang setia. Sebagai pengabdi Allah yang setia, maka manusia juga dapat melepaskan statusnya selaku khalifah Allah di muka bumi.
              Misi utama kerasulan Muhammad SAW, sebagaimana disabdakan beliau sendiri, yakni untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Akhlak menyangkut berkaitan dengan sikap dan perilaku manusia. Nilai kelakuan yang berkaitan dengan baik dan buruk, serta objeknya, yakni kepada siapa kelakuan itu ditunjukkan. Dikemukakan oleh M. Quraish Shihab, bahwa para filsuf dan teolog sering membahas tentang arti baik dan buruk, serta pencipta kelakuan tersebut, yakni apakah kelakuan tersebut merupakan pilihan atau perbuatan manusia sendiri, ataukah berada diluar kemampuannya?5
                   Selanjutnya dikemukakan M. Quraish Shihab, bahwa dalam diri manusia itu sendiri nyatanya terdapat potensi untuk berkelakuan baik dan juga buruk. Meski kedua potensi tersebut terdapat dalam diri manusia, namun ditemukan isyarat-isyarat dalam Al-Qur’an, bahwa kebajikan lebih dahulu menghiasi diri manusia daripada kejahatan, dan bahwa manusia pada dasarnya cenderung kepada kebajikan. Salah satu frase dalam sutrah Al-Baqarah dinyatakan : “Untuk manusia ganjaran dari perbuatan baik yang dilakukannya dan sanksi pada perbuatan (buruk) yang dilakukannya.”
                   Dalam ayat diatas, perbuatan – perbuatan manusia yang buruk dinyatakan dengan iktasabat, sedangkan perbuatan yang baik dengan kasabat. Ini menandakan bahwa fittrah manusia pada dasarnya cenderung kepada kebaikan, sehingga dapat melakukan kebaikan dengan mudah. Berbeda dengan keburukan yang harus dilakukannya dengan susah payah dan keterpaksaan (Ini tentu pada saat fitrah manusia masih berada dalam kesucian).
              Potensi yang dimiliki manusia untuk melakukan kebaikan dan keburukan, serta kecenderungannya yang mendasar kepada kebaikan, seharusnya mengantarkan manusia memperkenankan perintah Allah (agama-Nya) yang dinyatakannya sesuai dengan fitrah atau asal kejadian manusia. 6[2]
                   Hubungan tersebut mengacu kepada hakikat penciptaan, akhlak mulia, dan tugas kekhalifahan yang diamanatkan kepada manusia. Bila runut, maka pemikiran filsafat pendidikan Islam pada hakikat berada pada permasalahan-.permasalahan dari ketiga factor dimaksud. Bagaimana upaya agar manusia memiliki akhlak yang mulia. Dengan akhlak mulia ini, manusia mampu menempatkan dirinya sebagai pengabdi Allah yang setia. Kesetiaan dalamk pengabdian yang didasarkan atas nilai-nilai akhlak ini diharapkan pula manusia mampu mengemban amanahnya dalam menjalankan tugas sebagai khalifah Allah.
                   Disini terlihat, bahwa filsafat pendidikan Islam tak dapat dilepaskan kaitannya dengan nilai-nilai ajaran Islam itu sendiri. Menurut Khursyid Ahmad, pendidikan adalah satu bagian yang tak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat dan sebagai alat untuk memajukan masyarakat itu sendiri. Pada dasarnya setiap sistem pendidikan terdiri dari seperangkat cita-cita kemasyarakatan, norma dan nilai-nilai tertentu, dan didasarkan pada pandangan hidup dan kebudayaan tertentu.7
                   Dalam pandangan Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani filsafat pendidikan ialah pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah filsafat dalam bidang pendidikan. Titik berat filsafat pendidikan adalah pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar filsafat dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara paktis. Dengan demikian ruang lingku kajian filsafat pendidikan Islam mencakup prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar filsafat itu sendiri, serta faktor-faktor yang berhubungan dengan upaya penyelesaian masalah pendidikan Islam. Bagaimana pandangan Islam terhadap semuanya itu. Selanjutnya beliau mengemukakan lima prinsi dasar dalam kajian filsafat pendidikan Islam,[3]yaitu:8
1.    Pandangan Islam terhadap jagat raya.
2.    Pandangan Islam terhadap manusia.
3.    Pandangan Islam terhadap masyarakat.
4.    Pandangan Islam terhadap pengetahuan manusia.
5.    Pandangan Islam terhada akhlak.

              Kajian filsafat pendidikan Islam bertitiktolak dari kelima prinsip yang jadi dasar pemikiran tersebut. kajian ini kemudian dikembangkan dalam konse kajian pendidikan Islam. digunakan dalam penyusunan teori-teori penddikan Islam, perumusan dasar dan tujuan. baik tujuan jangka pendek, menengah, maupun tujuan akhir yang akan dicapai. Dalam kaitan dengan sistem, maka ruang lingkup kajian mencakup seluruh komponen sistem pendidikan Islam.
              Ruang lingkup kajian filsafat pendidikan Islam juga meliputi masalah-masalah yang berhubungan dengan sistem pendidikan Islam itu sendiri. Adapun komponen-komponen yang termasuk dalam sistem pendidikan Islam itu, antara lain dasar yang melandasi pembentukan sistem tersebut. Lalu tujuan yang akan dicapai oleh pendidikan Islam. Untuk mencapai tujuan yang dimaksud, maka perlu ada rumusan mengenai siapa yang dididik, siapa pelaksanya, bagaimana cara penyelenggaraannya, sarana dan prasarana apa yang diperlukan, materi apa yang diberikan, bagaimana caranya, kondisi apa yang perlu diciptakan, serta bagaimana mengukur tingkat pencapaiannya.
              Pemikiran-pemikiran menggambarkan cakupan teori maupun rumusan mengenai peserta didik, pendidik, manajemen, institusi, kurikulum, metode, alat, dan evaluasi pendidikan. semua komponen ini tergabung dalam sistem. Sebab sistem dapat diartikan sebagai proses aktifitas yang didalamnya tersusun komponen-komonen yang saling menentukan, saling tergantung dan berhubungan antara sesamanya, dalam pencapaian tujuan.
              Ruang lingkup kajian filsafat pendidikan Islam, mengacu kepada semua aspek yang dianggap mempunyai hubungan dengan pendidikan dalam arti luas. Tidak terbatas pada lingkungan institusi pendidikan formal saja. Lapangan pendidikan diluar sekolah seperti lingkungan rumah tangga, lembaga peribadatan, masyarakat, maupun tradisi sasio-kultural juga termasuk dalam kajian filsafat pendidikan Islam. Bahkan secara lebih rinci, pendidikan pre - natal menjadi kajian khusus alam filsafat pendidkan Islam.
              Dengan demikian ruang lingkup kajian filsafat pendidikan Islam boleh dikatakan identik dengan kajian keIslaman itu sendiri. Mencakup semua aspek kehidupan manusia secara menyeluruh yang terkait dengan masalah pendidikan. Adaun dalam pendekatan proses, ruang lingkup kajian filsafat pendidikan meliputi rentang kehidupan manusia itu sendiri, yakni dari sejak dilahirkan hingga ke akhir hayatnya. Namun yang jelas kajian ini sama sekali tidak dapat dilepaskan dari status manusia sebagai makhluk ciptaan Allah.
                   Pemikiran dan kajian tentang filsafat pendidikan Islam menyangkut 3 hal pokok yaitu penelaahan tentang filsafat, pendidikan dan penelaahan tentang Islam. Karena itu setiap orang yang berminat dan menerjunkan diri dalam dunia filsafat pendidikan Islam seharusnya memahami dan memiliki modal dasar tentang filsafat, pendidikan dan Islam. Kajian dan pemikiran mengenai pendidikan pada dasarnya menyangkut aspek yang sangat luas dan menyeluruh bahkan seluruh aspek kebutuhan dan atau kehidupan umat manusia, khususnya umat Islam. Ketika dilakukan kajian dan dirumuskan pemikiran mengenai tujuan pendidikan Islam, maka tidak dapat dilepaskan dari tujuan hidup umat manusia. Karena tujuan pendidikan Islam hakikatnya alam rangka mencapai tujuan hidup umat manusia, sehingga esensi dasar tujuan pendidikan Islam sebetulnya sama dengan tujuan hidup umat manusia. Menurut Ahmad D. Marimba (1989) sesungguhnya tujuan pendidikan Islam identik dengan tujuan hidup setiap muslim. Contohnya firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 102 : “hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah dengan ketaqwaan yang sempurna dan janganlah kamu mati, melainkan dalam keadaan muslim”. Bila tujuan hidup Islam untuk mencapai derajat ketaqwaan yang sempurna sebagaimana disebutkan diatas, maka tujuan pendidikan Islam yang dirumuskan Filsafat Pendidikan Islam tentu pembinaan peserta didik dalam rangka menjadi manusia muttaqin.
                   Pada dasarnya ruang lingkup kajian filsafat pendidkan Islam bertumpu pada pendidikan Islam itu sendiri, baik menyangkut rumusan /konsep dasar pelaksanaan maupun rumusan pikiran antisipatif mengatasi problematika yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan Islam.  Adapun objek yang dibahas dalam filsafat pendidikan Islam adalah :
1.    Objek Material
       Yaitu sama halnya filsafat pada umumnya objek ini adalah sesuatu yang ada , tampak ataupun tidak tampak. Objek yang tampak adalah dunia empiris, sedangkan objek yang tidak tampak adalah metafisika.
2.    Objek Formal
       Yaitu sudut pandang yang menyeluruh, radikal dan objektif tentang pendidikan Islam untuk diketahui hakikatnya. Objek formal ini terbagi menjadi dua kerangka bahasan yaitu:
-          Secara Makro        : Objek filsafat pendidikan secara makro adalah objek filsafat itu sendiri, mencari keterangan secara radikal mengenai Tuhan, manusia dan alam semesta yang tidak dapat dijangkau oleh pengetahuan biasa.

-          Secara Mikro         : Adapun secara mikro adalah segala hal yang merupakan faktor-faktor dan komponen alam pendidikan. Faktor dan komponen pendidikan ada lima yaitu tujuan pendidikan, pendidik atau guru, anak didik atau murid, alat pendidik (kurikulum, metode dan evaluasi) serta lingkungan pendidikan. Abudin Nata menyebutkan bahwa objek filsafat pendidikan secara mikro yakni pemikiran yang serba mendalam, mendasar, sistematis, terpadu, logis, menyeluruh dan universal mengenai konsep-konsep pendidikan yang didasarkan atas ajaran Islam.



5 [1]M. Quraish Shihab, 1996 : 254

6 M. Quraish Shihab : 256

7 Khursyid Ahmad, 1992 : 17
8 Omar Mohammad al-Syaibani, 1979 : 55-363

Tidak ada komentar:

Posting Komentar