Sebagaimana filsafat pendidikan
pada umumnya,4 maka filsafat pendidikan Islam juga menyangkut
pemikiran-pemikiran yang terkait dengan masalah pendidikan, yakni pendidikan
Islam. Filsafat pendidikan Islam adalah pedoman bagi perancang dan orang-orang
yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Dengan demikian filsafat
pendidikan Islam pada hakikatnya merupakan landasan dasar penyusunan bagi
bangunan sebuah sistem [1]pendidikan
Islam itu sendiri.
Filsafat pendidikan Islam yang
bertumpu pada pemikiran mengenai masalah pendidikan Islam tak dapat dilepaskan
dari tugas dan misi kerasulan, yakni untuk menyempurnakan akhlak. Kemudian
penyempurnaan akhlak terkait pula dengan hakikat penciptaan manusia, yakni
menjadi pengabdi Allah yang setia. Sebagai pengabdi Allah yang setia, maka
manusia juga dapat melepaskan statusnya selaku khalifah Allah di muka bumi.
Misi utama kerasulan Muhammad SAW,
sebagaimana disabdakan beliau sendiri, yakni untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia. Akhlak menyangkut berkaitan dengan sikap dan perilaku manusia. Nilai
kelakuan yang berkaitan dengan baik dan buruk, serta objeknya, yakni kepada
siapa kelakuan itu ditunjukkan. Dikemukakan oleh M. Quraish Shihab, bahwa para
filsuf dan teolog sering membahas tentang arti baik dan buruk, serta pencipta
kelakuan tersebut, yakni apakah kelakuan tersebut merupakan pilihan atau
perbuatan manusia sendiri, ataukah berada diluar kemampuannya?5
Selanjutnya
dikemukakan M. Quraish Shihab, bahwa dalam diri manusia itu sendiri nyatanya
terdapat potensi untuk berkelakuan baik dan juga buruk. Meski kedua potensi
tersebut terdapat dalam diri manusia, namun ditemukan isyarat-isyarat dalam
Al-Qur’an, bahwa kebajikan lebih dahulu menghiasi diri manusia daripada
kejahatan, dan bahwa manusia pada dasarnya cenderung kepada kebajikan. Salah
satu frase dalam sutrah Al-Baqarah dinyatakan : “Untuk manusia ganjaran dari
perbuatan baik yang dilakukannya dan sanksi pada perbuatan (buruk) yang
dilakukannya.”
Dalam
ayat diatas, perbuatan – perbuatan manusia yang buruk dinyatakan dengan
iktasabat, sedangkan perbuatan yang baik dengan kasabat. Ini menandakan bahwa
fittrah manusia pada dasarnya cenderung kepada kebaikan, sehingga dapat
melakukan kebaikan dengan mudah. Berbeda dengan keburukan yang harus
dilakukannya dengan susah payah dan keterpaksaan (Ini tentu pada saat fitrah
manusia masih berada dalam kesucian).
Potensi yang dimiliki manusia
untuk melakukan kebaikan dan keburukan, serta kecenderungannya yang mendasar
kepada kebaikan, seharusnya mengantarkan manusia memperkenankan perintah Allah
(agama-Nya) yang dinyatakannya sesuai dengan fitrah atau asal kejadian manusia. 6[2]
Hubungan
tersebut mengacu kepada hakikat penciptaan, akhlak mulia, dan tugas
kekhalifahan yang diamanatkan kepada manusia. Bila runut, maka pemikiran
filsafat pendidikan Islam pada hakikat berada pada permasalahan-.permasalahan dari ketiga factor
dimaksud. Bagaimana upaya agar manusia memiliki akhlak yang mulia. Dengan
akhlak mulia ini, manusia mampu menempatkan dirinya sebagai pengabdi Allah yang
setia. Kesetiaan dalamk pengabdian yang didasarkan atas nilai-nilai akhlak ini
diharapkan pula manusia mampu mengemban amanahnya dalam menjalankan tugas
sebagai khalifah Allah.
Disini
terlihat, bahwa filsafat pendidikan Islam tak dapat dilepaskan kaitannya dengan
nilai-nilai ajaran Islam itu sendiri. Menurut Khursyid Ahmad, pendidikan adalah
satu bagian yang tak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat dan sebagai
alat untuk memajukan masyarakat itu sendiri. Pada dasarnya setiap sistem
pendidikan terdiri dari seperangkat cita-cita kemasyarakatan, norma dan
nilai-nilai tertentu, dan didasarkan pada pandangan hidup dan kebudayaan
tertentu.7
Dalam
pandangan Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani filsafat pendidikan ialah
pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah filsafat dalam bidang pendidikan. Titik
berat filsafat pendidikan adalah pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan
kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar filsafat dalam menyelesaikan
masalah-masalah pendidikan secara paktis. Dengan demikian ruang lingku kajian
filsafat pendidikan Islam mencakup prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar
filsafat itu sendiri, serta faktor-faktor yang berhubungan dengan upaya
penyelesaian masalah pendidikan Islam. Bagaimana pandangan Islam terhadap
semuanya itu. Selanjutnya beliau mengemukakan lima prinsi dasar dalam kajian
filsafat pendidikan Islam,[3]yaitu:8
1.
Pandangan Islam terhadap jagat raya.
2.
Pandangan Islam terhadap manusia.
3.
Pandangan Islam terhadap masyarakat.
4.
Pandangan Islam terhadap pengetahuan manusia.
5.
Pandangan Islam terhada akhlak.
Kajian
filsafat pendidikan Islam bertitiktolak dari kelima prinsip yang jadi dasar
pemikiran tersebut. kajian ini kemudian dikembangkan dalam konse kajian
pendidikan Islam. digunakan dalam penyusunan teori-teori penddikan Islam,
perumusan dasar dan tujuan. baik tujuan jangka pendek, menengah, maupun tujuan
akhir yang akan dicapai. Dalam kaitan dengan sistem, maka ruang lingkup kajian
mencakup seluruh komponen sistem pendidikan Islam.
Ruang
lingkup kajian filsafat pendidikan Islam juga meliputi masalah-masalah yang
berhubungan dengan sistem pendidikan Islam itu sendiri. Adapun
komponen-komponen yang termasuk dalam sistem pendidikan Islam itu, antara lain
dasar yang melandasi pembentukan sistem tersebut. Lalu tujuan yang akan dicapai
oleh pendidikan Islam. Untuk mencapai tujuan yang dimaksud, maka perlu ada
rumusan mengenai siapa yang dididik, siapa pelaksanya, bagaimana cara
penyelenggaraannya, sarana dan prasarana apa yang diperlukan, materi apa yang
diberikan, bagaimana caranya, kondisi apa yang perlu diciptakan, serta
bagaimana mengukur tingkat pencapaiannya.
Pemikiran-pemikiran
menggambarkan cakupan teori maupun rumusan mengenai peserta didik, pendidik,
manajemen, institusi, kurikulum, metode, alat, dan evaluasi pendidikan. semua
komponen ini tergabung dalam sistem. Sebab sistem dapat diartikan sebagai
proses aktifitas yang didalamnya tersusun komponen-komonen yang saling
menentukan, saling tergantung dan berhubungan antara sesamanya, dalam
pencapaian tujuan.
Ruang
lingkup kajian filsafat pendidikan Islam, mengacu kepada semua aspek yang
dianggap mempunyai hubungan dengan pendidikan dalam arti luas. Tidak terbatas
pada lingkungan institusi pendidikan formal saja. Lapangan pendidikan diluar
sekolah seperti lingkungan rumah tangga, lembaga peribadatan, masyarakat,
maupun tradisi sasio-kultural juga termasuk dalam kajian filsafat pendidikan
Islam. Bahkan secara lebih rinci, pendidikan pre - natal menjadi kajian khusus
alam filsafat pendidkan Islam.
Dengan
demikian ruang lingkup kajian filsafat pendidikan Islam boleh dikatakan identik
dengan kajian keIslaman itu sendiri. Mencakup semua aspek kehidupan manusia
secara menyeluruh yang terkait dengan masalah pendidikan. Adaun dalam
pendekatan proses, ruang lingkup kajian filsafat pendidikan meliputi rentang
kehidupan manusia itu sendiri, yakni dari sejak dilahirkan hingga ke akhir
hayatnya. Namun yang jelas kajian ini sama sekali tidak dapat dilepaskan dari
status manusia sebagai makhluk ciptaan Allah.
Pemikiran
dan kajian tentang filsafat pendidikan Islam menyangkut 3 hal pokok yaitu
penelaahan tentang filsafat, pendidikan dan penelaahan tentang Islam. Karena
itu setiap orang yang berminat dan menerjunkan diri dalam dunia filsafat
pendidikan Islam seharusnya memahami dan memiliki modal dasar tentang filsafat,
pendidikan dan Islam. Kajian dan pemikiran mengenai pendidikan pada dasarnya
menyangkut aspek yang sangat luas dan menyeluruh bahkan seluruh aspek kebutuhan
dan atau kehidupan umat manusia, khususnya umat Islam. Ketika dilakukan kajian
dan dirumuskan pemikiran mengenai tujuan pendidikan Islam, maka tidak dapat
dilepaskan dari tujuan hidup umat manusia. Karena tujuan pendidikan Islam
hakikatnya alam rangka mencapai tujuan hidup umat manusia, sehingga esensi
dasar tujuan pendidikan Islam sebetulnya sama dengan tujuan hidup umat manusia.
Menurut Ahmad D. Marimba (1989) sesungguhnya tujuan pendidikan Islam identik
dengan tujuan hidup setiap muslim. Contohnya firman Allah dalam surah Ali Imran
ayat 102 : “hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah dengan
ketaqwaan yang sempurna dan janganlah kamu mati, melainkan dalam keadaan
muslim”. Bila tujuan hidup Islam untuk mencapai derajat ketaqwaan yang sempurna
sebagaimana disebutkan diatas, maka tujuan pendidikan Islam yang dirumuskan
Filsafat Pendidikan Islam tentu pembinaan peserta didik dalam rangka menjadi
manusia muttaqin.
Pada
dasarnya ruang lingkup kajian filsafat pendidkan Islam bertumpu pada pendidikan
Islam itu sendiri, baik menyangkut rumusan /konsep dasar pelaksanaan maupun
rumusan pikiran antisipatif mengatasi problematika yang dihadapi dalam
pelaksanaan pendidikan Islam. Adapun
objek yang dibahas dalam filsafat pendidikan Islam adalah :
1.
Objek Material
Yaitu
sama halnya filsafat pada umumnya objek ini adalah sesuatu yang ada , tampak
ataupun tidak tampak. Objek yang tampak adalah dunia empiris, sedangkan objek
yang tidak tampak adalah metafisika.
2.
Objek Formal
Yaitu
sudut pandang yang menyeluruh, radikal dan objektif tentang pendidikan Islam
untuk diketahui hakikatnya. Objek formal ini terbagi menjadi dua kerangka
bahasan yaitu:
-
Secara Makro :
Objek filsafat pendidikan secara makro adalah objek filsafat itu sendiri,
mencari keterangan secara radikal mengenai Tuhan, manusia dan alam semesta yang
tidak dapat dijangkau oleh pengetahuan biasa.
-
Secara Mikro :
Adapun secara mikro adalah segala hal yang merupakan faktor-faktor dan komponen
alam pendidikan. Faktor dan komponen pendidikan ada lima yaitu tujuan
pendidikan, pendidik atau guru, anak didik atau murid, alat pendidik
(kurikulum, metode dan evaluasi) serta lingkungan pendidikan. Abudin Nata
menyebutkan bahwa objek filsafat pendidikan secara mikro yakni pemikiran yang
serba mendalam, mendasar, sistematis, terpadu, logis, menyeluruh dan universal
mengenai konsep-konsep pendidikan yang didasarkan atas ajaran Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar