Hukum
tiga tahap merupakan usaha comte untuk menjelaskan kemajuan evolusioner umat
manusia dan masa primitif sampai peradaban perancis abad kesembilan belas yang
sangat maju. Hukum ini, yang mungkin paling terkenal dan gagasan-gagasan
teoretis pokok comte, tidak lagi diterima sebagai suatu penjelasan mengenai
perubahan sejarah secara memadai. Juga terlalu luas dan umum sehingga tidak
dapat benar-benar tunduk pada pengujian empiris secara teliti, yang menuntut
comte harus ada untuk membentuk hukum-hukum sosiologi.
Singkatnya, hukum itu menyatakan
bahwa masyarakat(atau umat manusia) berkembang melalui tiga tahap utama.
Tahap-tahap ini ditentukan menurut cara berpikir yang dominan, yaitu teologis,
metafisik, dan positif. Lebih lagi, pengaruh cara berpikir yang berbeda-beda
ini meluas ke pola-pola kelembagaan dan organisasi sosial masyarakat bergantung
pada gaya epistimologisnya atau pandangan dunia, atau cara mengenal dan
menjelaskan gejala yang dominan.
Comte
menjelaskan hukum tiga sebagai berikut:
“Dari
studi mengenai perkembangan intelegensi manusia, dan melalui sebagai zaman,
penean muncul dari suatu hukum dasar yang besar. Inilah hukumnya: bahwa setiap
konsepsi kita yang paling maju setiap cabangpengetahuan kita berturut-turut
melewati tiga kondisi teoretis yang berbeda:teologis atau fiktif, metafisik
atau abstrak;ilmiah atau positif. Dengan kata lain, pikiran manusia pada
dasarnya, dalam pembangunannya,
menggunakan tiga metode berfilsafata yang karakternya sangat berbeda dana malah
sangat bertentangan. Yang pertama merupakan titik tolak yang harus ada dalam
pemahaman manusia; Yang kedua hanya suatu keadaan peralihan; dan yang ketiga
adalah pemahaman dalam keadaannya yang pasti dan tak tergoyahkan.” (Doyle Paul
Jhonson,Robert MZ. Lawang,85).
Karakteristik yang khusus dari ketiga
tahap itu disajikan secara singkat sebagai berikut:
“Dalam
fase teologis, akal budi manusia yang mencari kodrat dasar manusia, yakni sebab
pertama dan sebab akhir(asal dan tujuan) dari segala akibat-singkatnya,
pengetahuan absolut- mengandaikan bahwa semua gejala dihasilkan oleh tindakan
langsung dari hal-hal supernatural. Dalam fase metafisik, yang hanya merupakan suatu
bentuk lain dari yang pertama, akal budi mengandaikan bukan hal supernatural,
melainkan kekuatan-kekuatan abstrak, hal-hal yang benar nyata melekat pada
semua benda (abstraksi-abstraksi yang dipersonifikasikan), dan yang mampu
menghasilkan semua gejala.
Dalam
fase terakhir yakni fase positif, akal budi sudah meninggalkan pencarian yang
sia-sia terhadap pengertian-pengertian absolut, asal dan tujuan alam semesta ,
serta sebab-sebab gejala, dan memusatkan perhatiannya pada studi tentang
hukum-hukumnya yakni hubungan-hubungan urutan dan persamaannya yang tidak
berubah. Penalaran dan pengamatan, digabungkan secara tepat, merupakan
sarana-sarana pengetahuan ini.” (Doyle Paul Jhonson, Robert MZ. Lawang, 85).
Gagasan tentang evolusi perkembangan
melalui tiga tahap ini bukan hanya milik comte. Awal-awal rumusan comte
mengenai hukum tiga tahap ini dikembangkan selama dia bekerja sama dengan Sint
Simon, dan model dasr itu merupakan hasl kerja sama tersebut. Jacques Turgot
mengemukakan suatu pandangan serupa mengenai pperkembangan sejarah dan
bentuk-bentuk pemikiran ilmiah modern pada abad kedelapan belas. Secara luas,
Comte menyistematisasikan dan mnegembangkan model itu serta mengaitkannya
dengan memberi tekanan pada paham positif.
Tahap teologis merupakan
periode yang paling lama dalam sejarah manusia dan untuk analisis yang lebih
terpeinci. Tahap metafisik merupakan tahap transisi antara tahap teologis dan
positif. Tahap
ini ditandai oleh satu kepercayaan akan hukum-hukum alam yang asasi yang dapat
ditemukan dengan akal budi. Tahap
positif ditandai oleh kepercayaan akan data empiris sebagai sumber pengetahuan
terakhir. Akan tetapi, pengetahuan selalu sementara sifatnya dan tidak mutlak,
semangat positivisme memperlihatkan suatu keterbukaan terus-menerus terhadap
data baru atas dasar pengetahuan dapat ditinjau kembali dan diperluas. Akal
budi penting seperti dalam periode metafisik tetapi harus dipimpin oleh data empiris.
Analisis rasional mengenai data empiris akhirnya memungkinkan manusia untuk
memperoleh hukum-hukum, tetapi hukum-hukum dilihat sebagai uniformitas empiris
lebih daripada kemutlakan metafiisik. (Doyle Jhonson, Robert MZ. Lawang 86).
Munculnya suatu masyarakat
industri dirangsang oleh pertumbuhan filsafat dan ilmu pengetahuan positif dan
pada gilirannya merangsang pertumbuhan ilmu selanjutnya. Pengetahuan ilmiah
merupakan dasar kemajuan tekhnologi yang memungkinkan perkembangan industri.
Selain itu mentalitas positif dan mentalitas industri bukan sesuatu yang
bersifat dogmatis, ,elainkan suatu hal yang dapat diuji dan terus-menerus
mengusahakan kemajuan manusia. Pergantian dan dominasi militer ke dominasi
industri tidak tidak lain berarti bahwa masyarakat lainnya ke mengeksploitasi
ala. Sumbangan yang berarti secara sosial dan periode metafisik adalah dukungan
ideologinya terhadap munculnya negara dan bangsa.
Selama periode teologis, keluarga merupakan suatu satuan sosial
yang dominan (meskipun ada kelompok-kelompok yang lebih besar yang didirikan
untuk kegiatan militer, atau sebagai hasil dari penguasaan militer). Dalam
periode metafisik negara-negara menjadi suatu organisasi yang dominan. Comte
optimis bahwa dengan munculnya tahap positif, nasionalisme akan digantikan
dengan keteraturan sosial yang meliputi humanitas seluruhnya. Comte mengakui
bahwa perubahan dari satu tahap ke tahap berikutnya tidak pernah terjadi secara
tiba-tiba, sehingga memperlihatkan suatu awal tahap yang baru sama sekali.
Sebaliknya salam semua periode sejarah, ketiga cara berpikir itu sekarang ini
ada ada dalam derajat tertentu. Perbedaan antara tahap-tahap adalah dalam
dominasi dari suatu bentuk atas dua lainnya secara relatif. Juga pada masa-masa
awal tahap teologis, dasar-dasar pemikiran metafisik dan positif sudah ada.
Sebagian positivisme primitif terlihat dalam pengetahuan praktis sehari-hari,
yang diperoleh orang-orang primitif dalam mengahadapi lingkungannya. Sama
halnya dalam tahap positivisme yang paling maju sisa-sisa cara berpikir
teologis awal dan metafisik masih hidup terus.
Comte sangat tajam dalam mencela mereka yang bermaksud mengubah
masyarakat tanpa secukupnya sadar akan batas-batas yang diberikan oleh
hukum-hukum dasar mengenai kemajuan atau akan sumbangan-sumbangan yang bernilai
secara sosial dan tahap-tahap sebelumnya. Biak keteraturan maupum kemajuan
adalah hakiki. Mereka yang hendak meningkatkan kemajuan tanpa menyadari
persyaratan-persyaratan keteraturan, sebenarnya mendukung bertahannya keadaan
transisi anarkis.( Doyle Paul Jhonson, Robert MZ. Lawang,86).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar