Sabtu, 17 Desember 2016

Hukum Tiga Tahap



               Hukum tiga tahap merupakan usaha comte untuk menjelaskan kemajuan evolusioner umat manusia dan masa primitif sampai peradaban perancis abad kesembilan belas yang sangat maju. Hukum ini, yang mungkin paling terkenal dan gagasan-gagasan teoretis pokok comte, tidak lagi diterima sebagai suatu penjelasan mengenai perubahan sejarah secara memadai. Juga terlalu luas dan umum sehingga tidak dapat benar-benar tunduk pada pengujian empiris secara teliti, yang menuntut comte harus ada untuk membentuk hukum-hukum sosiologi.
               Singkatnya, hukum itu menyatakan bahwa masyarakat(atau umat manusia) berkembang melalui tiga tahap utama. Tahap-tahap ini ditentukan menurut cara berpikir yang dominan, yaitu teologis, metafisik, dan positif. Lebih lagi, pengaruh cara berpikir yang berbeda-beda ini meluas ke pola-pola kelembagaan dan organisasi sosial masyarakat bergantung pada gaya epistimologisnya atau pandangan dunia, atau cara mengenal dan menjelaskan gejala yang dominan.
      Comte menjelaskan hukum tiga sebagai berikut:
“Dari studi mengenai perkembangan intelegensi manusia, dan melalui sebagai zaman, penean muncul dari suatu hukum dasar yang besar. Inilah hukumnya: bahwa setiap konsepsi kita yang paling maju setiap cabangpengetahuan kita berturut-turut melewati tiga kondisi teoretis yang berbeda:teologis atau fiktif, metafisik atau abstrak;ilmiah atau positif. Dengan kata lain, pikiran manusia pada dasarnya, dalam pembangunannya, menggunakan tiga metode berfilsafata yang karakternya sangat berbeda dana malah sangat bertentangan. Yang pertama merupakan titik tolak yang harus ada dalam pemahaman manusia; Yang kedua hanya suatu keadaan peralihan; dan yang ketiga adalah pemahaman dalam keadaannya yang pasti dan tak tergoyahkan.” (Doyle Paul Jhonson,Robert MZ. Lawang,85).
Karakteristik yang khusus dari ketiga tahap itu disajikan secara singkat sebagai berikut:
      “Dalam fase teologis, akal budi manusia yang mencari kodrat dasar manusia, yakni sebab pertama dan sebab akhir(asal dan tujuan) dari segala akibat-singkatnya, pengetahuan absolut- mengandaikan bahwa semua gejala dihasilkan oleh tindakan langsung dari hal-hal supernatural. Dalam fase metafisik, yang hanya merupakan suatu bentuk lain dari yang pertama, akal budi mengandaikan bukan hal supernatural, melainkan kekuatan-kekuatan abstrak, hal-hal yang benar nyata melekat pada semua benda (abstraksi-abstraksi yang dipersonifikasikan), dan yang mampu menghasilkan semua gejala.
               Dalam fase terakhir yakni fase positif, akal budi sudah meninggalkan pencarian yang sia-sia terhadap pengertian-pengertian absolut, asal dan tujuan alam semesta , serta sebab-sebab gejala, dan memusatkan perhatiannya pada studi tentang hukum-hukumnya yakni hubungan-hubungan urutan dan persamaannya yang tidak berubah. Penalaran dan pengamatan, digabungkan secara tepat, merupakan sarana-sarana pengetahuan ini.” (Doyle Paul Jhonson, Robert MZ. Lawang, 85).
               Gagasan tentang evolusi perkembangan melalui tiga tahap ini bukan hanya milik comte. Awal-awal rumusan comte mengenai hukum tiga tahap ini dikembangkan selama dia bekerja sama dengan Sint Simon, dan model dasr itu merupakan hasl kerja sama tersebut. Jacques Turgot mengemukakan suatu pandangan serupa mengenai pperkembangan sejarah dan bentuk-bentuk pemikiran ilmiah modern pada abad kedelapan belas. Secara luas, Comte menyistematisasikan dan mnegembangkan model itu serta mengaitkannya dengan memberi tekanan pada paham positif.
Tahap teologis merupakan periode yang paling lama dalam sejarah manusia dan untuk analisis yang lebih terpeinci. Tahap metafisik merupakan tahap transisi antara tahap teologis dan positif. Tahap ini ditandai oleh satu kepercayaan akan hukum-hukum alam yang asasi yang dapat ditemukan dengan akal budi. Tahap positif ditandai oleh kepercayaan akan data empiris sebagai sumber pengetahuan terakhir. Akan tetapi, pengetahuan selalu sementara sifatnya dan tidak mutlak, semangat positivisme memperlihatkan suatu keterbukaan terus-menerus terhadap data baru atas dasar pengetahuan dapat ditinjau kembali dan diperluas. Akal budi penting seperti dalam periode metafisik tetapi harus dipimpin oleh data empiris. Analisis rasional mengenai data empiris akhirnya memungkinkan manusia untuk memperoleh hukum-hukum, tetapi hukum-hukum dilihat sebagai uniformitas empiris lebih daripada kemutlakan metafiisik. (Doyle Jhonson, Robert MZ. Lawang 86).
  Munculnya suatu masyarakat industri dirangsang oleh pertumbuhan filsafat dan ilmu pengetahuan positif dan pada gilirannya merangsang pertumbuhan ilmu selanjutnya. Pengetahuan ilmiah merupakan dasar kemajuan tekhnologi yang memungkinkan perkembangan industri. Selain itu mentalitas positif dan mentalitas industri bukan sesuatu yang bersifat dogmatis, ,elainkan suatu hal yang dapat diuji dan terus-menerus mengusahakan kemajuan manusia. Pergantian dan dominasi militer ke dominasi industri tidak tidak lain berarti bahwa masyarakat lainnya ke mengeksploitasi ala. Sumbangan yang berarti secara sosial dan periode metafisik adalah dukungan ideologinya terhadap munculnya negara dan bangsa.
Selama periode teologis, keluarga merupakan suatu satuan sosial yang dominan (meskipun ada kelompok-kelompok yang lebih besar yang didirikan untuk kegiatan militer, atau sebagai hasil dari penguasaan militer). Dalam periode metafisik negara-negara menjadi suatu organisasi yang dominan. Comte optimis bahwa dengan munculnya tahap positif, nasionalisme akan digantikan dengan keteraturan sosial yang meliputi humanitas seluruhnya. Comte mengakui bahwa perubahan dari satu tahap ke tahap berikutnya tidak pernah terjadi secara tiba-tiba, sehingga memperlihatkan suatu awal tahap yang baru sama sekali. Sebaliknya salam semua periode sejarah, ketiga cara berpikir itu sekarang ini ada ada dalam derajat tertentu. Perbedaan antara tahap-tahap adalah dalam dominasi dari suatu bentuk atas dua lainnya secara relatif. Juga pada masa-masa awal tahap teologis, dasar-dasar pemikiran metafisik dan positif sudah ada. Sebagian positivisme primitif terlihat dalam pengetahuan praktis sehari-hari, yang diperoleh orang-orang primitif dalam mengahadapi lingkungannya. Sama halnya dalam tahap positivisme yang paling maju sisa-sisa cara berpikir teologis awal dan metafisik masih hidup terus.
Comte sangat tajam dalam mencela mereka yang bermaksud mengubah masyarakat tanpa secukupnya sadar akan batas-batas yang diberikan oleh hukum-hukum dasar mengenai kemajuan atau akan sumbangan-sumbangan yang bernilai secara sosial dan tahap-tahap sebelumnya. Biak keteraturan maupum kemajuan adalah hakiki. Mereka yang hendak meningkatkan kemajuan tanpa menyadari persyaratan-persyaratan keteraturan, sebenarnya mendukung bertahannya keadaan transisi anarkis.( Doyle Paul Jhonson, Robert MZ. Lawang,86).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar