Pendidikan
sebagai humanisasi merupakan titik tolak dan titik tuju pendidikan. Pendidikan
berfungis agar manusia mengalami pembebasan dari penindasan atau agar manusia
agar lebih manusiawi. Pendidikan sebagai humanisasi memiliki dua kelompok
konsep fundamental. Pertama, contradistinction pendidik-terdidik, yang adalah
penindasan harus dihapuskan. Pertentangan ini terjadi karena pendidik adalah
subjek dan terdidik adalah objek. Demi penghapusan contradistinction ini di
sekolah, Freire menuntut guru tidak melakukan transfer pengetahuan kepada siswa
dan siswa menerima transferan ini. Pemberi-penerima adalah hubungan
subjek-objek, bukan subjek-objek.
Guru
adalah belajar ketika mengajar dan murid mengajar ketika belajar. Memang guru
belajar terlebih dahulu ketimbang siswa. Karena itu ketika mengajar ia belajar
ulang bersama siswanya. Dengan belajar ulang, ia semakin kritis. Untuk materi
pelajaran, agar tidak terjadi transfer Iptek, sloganisasi, indoktrinasi, dan
pemberian preskripsi, maka dalam penyajian materi dibentuklah suatu masalah
atau kodifikasi yang harus di analisis oleh siswa sehingga siswa mampu berfikir
kritis.
Selain
pengorganisasian materi dibutuhkan juga pengemasan materi yang baik yang mana
materi tersebut dikaitkan dengan kehidupan sosial masyarakat sehingga
pendidikan bisa mencakup keseluruhan objek dalam kehidupan. Serta perkembanga
Iptek harus digunakan dalm proses belajar mengajar, karena pendidikan tidak
boleh tertinggal oleh zaman. Pendidikan haris selalu mengikuti perkembangan
zaman agar pendidikan mampu menciptakan generasi emas yang cerdas dan inovatif
sehingga nantinya mampu merubah dunia menjadi lebih naik dan maju.
Menurut
Freire Humanisasi itu Universal. Hubungan antara pendidik, siswa, materi,
komunikasi, dan pengetahuan dalam proses humanisasi dapat dilihat dari beberapa
subjek:
1.
Pendidik
mengajar-belajar bersama terdidik ; terdidik belajar-mengajari guru (guru dan
murid beriringan sejajar dalam proses pembelajaran, mereka berdua adalah
pembelajara, guru memurud-murid menggurui).
2. Materi adalah masalah dalam konteks sosial yang
harus dianalisis kritis the reason for
being dirinya, dan dunia.
3. Komunikasi Dialogis, bukan pemberian rumus, resep
ataupun cara cepat.
4. Pengetahuan adalah bersifat terbuka (eksploratif).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar