Jumat, 09 Desember 2016

Proses Humanisasi sebagai titik-tolak dan titik-tuju pendidikan



            Pendidikan sebagai humanisasi merupakan titik tolak dan titik tuju pendidikan. Pendidikan berfungis agar manusia mengalami pembebasan dari penindasan atau agar manusia agar lebih manusiawi. Pendidikan sebagai humanisasi memiliki dua kelompok konsep fundamental. Pertama, contradistinction pendidik-terdidik, yang adalah penindasan harus dihapuskan. Pertentangan ini terjadi karena pendidik adalah subjek dan terdidik adalah objek. Demi penghapusan contradistinction ini di sekolah, Freire menuntut guru tidak melakukan transfer pengetahuan kepada siswa dan siswa menerima transferan ini. Pemberi-penerima adalah hubungan subjek-objek, bukan subjek-objek.
            Guru adalah belajar ketika mengajar dan murid mengajar ketika belajar. Memang guru belajar terlebih dahulu ketimbang siswa. Karena itu ketika mengajar ia belajar ulang bersama siswanya. Dengan belajar ulang, ia semakin kritis. Untuk materi pelajaran, agar tidak terjadi transfer Iptek, sloganisasi, indoktrinasi, dan pemberian preskripsi, maka dalam penyajian materi dibentuklah suatu masalah atau kodifikasi yang harus di analisis oleh siswa sehingga siswa mampu berfikir kritis.
            Selain pengorganisasian materi dibutuhkan juga pengemasan materi yang baik yang mana materi tersebut dikaitkan dengan kehidupan sosial masyarakat sehingga pendidikan bisa mencakup keseluruhan objek dalam kehidupan. Serta perkembanga Iptek harus digunakan dalm proses belajar mengajar, karena pendidikan tidak boleh tertinggal oleh zaman. Pendidikan haris selalu mengikuti perkembangan zaman agar pendidikan mampu menciptakan generasi emas yang cerdas dan inovatif sehingga nantinya mampu merubah dunia menjadi lebih naik dan maju.
            Menurut Freire Humanisasi itu Universal. Hubungan antara pendidik, siswa, materi, komunikasi, dan pengetahuan dalam proses humanisasi dapat dilihat dari beberapa subjek:
1.    Pendidik mengajar-belajar bersama terdidik ; terdidik belajar-mengajari guru (guru dan murid beriringan sejajar dalam proses pembelajaran, mereka berdua adalah pembelajara, guru memurud-murid menggurui).
2.     Materi adalah masalah dalam konteks sosial yang harus dianalisis kritis the reason for being dirinya, dan dunia.
3.     Komunikasi Dialogis, bukan pemberian rumus, resep ataupun cara cepat.
4.     Pengetahuan adalah bersifat terbuka (eksploratif).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar