Rabu, 07 Desember 2016

Faktor yang mempengaruhi belajar



1.    Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar adalah segenap perilaku siswa yang ditujukan secara ajek dari waktu ke waktu dalam rangka pelaksanaan belajar di sekolah. Perlu diperhatikan bahwa kebiasaan belajar tidaklah sama dengan keterampilan belajar. Kebiasaan belajar adalah perilaku seorang siswa untuk bertindak dari waktu ke waktu dalam cara yang sama, sedangkan keterampilan belajar adalah sistem, metode atau teknik yang telah dikuasai oleh siswa untuk melakukan
Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain:
(i)            Belajar pada akhir semester;
(ii)          Belajar tidak teratur;
(iii)         Menyianyiakan kesempatan belajar;
(iv)         Bersekolah hanya untuk bergengsi;
(v)           Datang terlambat bergaya pemimpin;
(vi)         Bergaya jantan seperti merokok, sok menggurui teman;
(vii)        Bergaya minta “belas kasihan” tanpa belajar.
Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan di Sekolah yang ada di kota besar, kota kecil, dan di pelosok tanah air. Untuk sebagian, kebiasaan belajar tersebut disebabkan oleh ketidakmengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri. Suatu pepatah “berakit-rakit ke hulu, berenang ke tepian” dan berbagai petunjuk oleh teladan, dapat menyadarkan siswa tentang pentingnya belajar. Pemberian penguat dalam keberhasilan belajar dapat mengurangi kebiasaan kurang baik dan membangkitkan harga diri siswa (Dimyati:2009,246).
Setiap siswa yang telah mengalami proses belajar kebiasaan-kebiasaannya akan tampak berubah. Menurut Burghardt dalam Muhibbin Syah (2014:116), kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan karena respons dengan menggunakan simulasi yang berulang-ulang. Dalam proses belajar, pembiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlukan. Karena proses penyusutan/pengurangan inilah, muncul suatu pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis.
Kebiasaan ini terjadi karena prosedur pembiasaan seperti dalam classical dan operant conditioning. Contoh: siswa yang belajar bahasa secara berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, akhirnya akan terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar. Jadi, berbahasa dengan cara yang baik dan benar itulah perwujudan perilaku blajar siswa tadi (Syah:2014,117).
Kebiasaan belajar baik dari segi cara belajar, waktu belajar, suasana belajar, keteraturan belajar, dan lain-lain yang semua itu terbungkus menjadi gaya belajar merupakan faktor penunjang keberhasilan belajar siswa. Selain itu kebiasaan berpikir siswa saat belajar juga mendukung kemajuan hasil belajar.
Kebiasaan belajar yang yang salah harus diperbaiki dan ditinggalkan, dan guru mencoba mengembangkan kebiasaan belajar baru yang lebih bermakna. Untuk memperoleh informasi mengenai kebiasaan belajar para siswa, guru dapat menggunakan teknik observasi atau pengamatan terhadap cara belajar siswa, misalnya cara membaca buku, mengerjakan tugas, menjawab pertanyaan, memecahkan masalah, dan cara diskusi.

Setiap individu memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Meski bersekolah yang sama dan duduk di kelas yang sama, gaya belajar setiap anak tidak pernah sama. Perbedaan itu bahkan ada pada anak-anak satu keluarga, seperti beda dengan kakak, adik atau saudara kembar sekalipun.
Gaya belajar seseorang juga mempegaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan, akan meperoleh hasil yang kurang memuaskan (Dalyono:2005,57).
Contohnya saat mengikuti pelajaran di kelas, ada murid yang begitu tekun menyimak meski si guru menyampaikan materi pelajaran tak ubahnya seperti ceramah selama berjam-jam. Ada yang terkesan seperti memperhatikan sepintas, meski sebetulnya mereka membuat catatan-catatan kecil di bukunya. Namun jangan ditanya berapa anak yang merasa bosan dengan pendekatan belajar yang menempatkan murid sebagai pendengar setia.
Secara keseluruhan, ada anak yang lebih mudah menangkap isi pelajaran disertai dengan praktek. Siswa seperti ini lebih suka berkutat di laboratorium mengamati dan mempelajari berbagai hal nyata daripada mendengar penjelasan guru. Sedangkan temannya yang lain mungkin lebih tertarik mengikuti pelajaran yang disertai berbagai aspek gerak. Contohnya guru yang menerangkan pelajaran kesenian sambil sesekali diselingi nyanyian dan tepuk tangan.
Tidak hanya itu, ada anak yang harus menyendiri dan tutup pintu kamar rapat-rapat supaya bisa berkonsentrasi belajar. Akan tetapi cukup banyak yang mengaku justru terbuka pikirannya bila belajar sambil mendengar musik. Sementara sebagian lainnya merasa perlu mengubah materi pelajaran menjadi komik atau coret-coret yang mudah dibaca.
Apapun gaya belajar yang dipilih pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu agar yang bersangkutan dapat menangkap materi pelajaran sebaik-baiknya dan mendapat hasil optimal. Bukankah masing-masing pelajaran juga disampaikan oleh orang yang berbeda dengan karakter mengajar yang berbeda pula.
Oleh karena itu, peran orangtua dalam mengamati gaya belajar anak-anaknya adalah hal yang sangat penting. Buktinya, ketidakpahaman orang tua dan guru terhadap gaya belajar anak kerap menimbulkan kesalahapahaman. Ada guru yang tidak senang melihat anak muridnya asyik membuat coretan-coretan saat di kelas. Atau ada guru yang langsung menegur anak yang terlihat tak bisa diam saat belajar. Padahal, perilaku membuat coretan saat belajar bukan berarti enggan belajar. Bisa jadi, ia justru tengah berusaha menangkap materi pelajaran lewat coretannya tadi.
           Menurut Uno (2008:181), ada beberapa tipe belajar yang bisa kita cermati dan mungkin kita ikuti apabila memang merasa cocok dengan gaya itu.
1.     Visual Lerner
            Gaya belajar visual (visual learner) menitikberatkan ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar si anak paham. Ciri-ciri anak yang memiliki gaya belajar visual adalah kebutuhan yang tinggi untuk melihat dan menangkap informasi secara visual sebelum ia memahami.
            Konkretnya yang bersangkutan lebih mudah menangkap pelajaran lewat materi bergambar. Selain itu, ia memiliki kepekaan terhadap warna, di samping mempunyai pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik. Hanya saja biasanya ia memiliki kendala untuk berdialog langsung karena terlalu reaktif terhadap suara, sehingga sulit mengikuti anjuran secara lisan dan sering salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
            Untuk mendukung gaya belajar ini, ada beberapa pendekatan yang dapat dipakai. Caranya, gunakan beragam grafis untuk menyampaikan informasi atau materi pelajaran. Perangkat grafis tersebut dapat berupa fil, slide, ilustrasi, coretan atau kartu-kartu gambar berseri yang dapat dimanfaatkan untuk menjelaskan suatu informasi secara berurutan.
2.     Auditory Learner
            Gaya belajar ini mengandalakan pendengaran untuk dapat memahami sekaligus mengingatnya. Karakteristik model belajar ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama untuk menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, untuk dapat mengingat dan memahami informasi tertentu, yang bersangkutan haruslah mendengarnya terlebih dahulu. Mereka yang memiliki gaya belajar ini umumnya susah menyerap secara langsung informasi tertulis, selain memiliki kesulitan menulis atau membaca.
Untuk membantu anak-anak seperti ini, orangtua dapat membekali anaknya dengan tape untuk merekam semua materi yang diajarkan di sekolah. Selain itu, keterlibatan anak dalam diskusi juga sangat cocok untuk anak seperti ini. Bantuan lain yang dapat diberikan adalah mencoba membacakan informasi, kemudian meringkasnya dalam bentuk lisan dan direkam untuk selanjutnya diperdengarkan dan dipahami. Langkah terakhir adalah melakukan interview secara verbal dengan teman atau pengajar.
3.     Kinesthetic/Tactual Learners
            Gaya belajar ini mengaharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar dapat mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang dapat melakukannya.
            Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar dapat terus mengingatnya. Hanya dengan memeganya saja seseorang yang memiliki gaya belajar ini dapat menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya.
            Karakter berikutnya dicontohkan sebagai orang yang tak tahan duduk berlama-lama mendengarkan penyampaian pelajaran.  Tak heran bila individu yang memiliki gaya belajar seperti ini merasa bisa belajar lebih baik bila prosesnya disertai dengan kegiatan fisik.
            Kelebihannya, mereka memiliki kemampuan mengkoordinasikan sebuah tim disamping kemampuan mengendalikan gerak tubuh (athletic ability). Tak jarang, orang yang cenderung memiliki karakter ini lebih mudah menyerap informasi dengan cara menjiplak gambar atau kata untuk kemudian belajar mengucapkannya atau memahami fakta.
      Pengertian berpikir:
a.     Psikologi asosiasi mengemukakan bahwa berpikir adalah jalannya tanggapan-tanggapan yang dikuasai oleh haluan asosiasi. Yang terpenting menurut aliran ini adalah terjadinya, tersimpannya, dan bekerjanya tanggapan-tanggapan.
b.    Aliran behaviorisme berpendapat bahwa berpikir adalah gerakan-gerakan reaksi yang dilakukan oleh urat syaraf dan otot-otot bicara sama halnya saat kita berbicara. Jadi menurut aliran ini berpikir sama dengan berbicara. Jika pada psikologi asosiasi unsur terpenting adalah tanggapan-tanggapan, sedangkan pada aliran behaviorisme ini unsur terpentingnya adalah refleks. Refleks adalah reaksi tak sadar yang disebabkan adanya perangsang dari luar.
c.     Psikologi Gestalt mengemukakan bahwa berfikir merupakan keaktifan psikis yang abstrak yang prosesnya tidak dapat diamati dengan menggunakan alat panca indera.
Tujuan berpikir adalah untuk memperoleh problem solving sesuai dengan masalah yang kita hadapi. Kebiasaan berpikir positif berperan penting dalam pengembangan kepribadian yaitu rasa percaya diri. Berpikir positif tentang dirinya berarti melatih dirinya untuk memiliki rasa percaya diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar