a. Gangguan
Perasaan
Gangguan perasaan sebagai indikator
masalah kesehatan mental pada peserta didik meliputi beberapa hal berikut:
1. Perasaan
sedih tak berdaya.
2. Sering
marah-marah atau bereaksi yang berlebihan terhadap susuatu.
3. Perasaan
tak berharga.
4. Perasaan
takut, cemas, atau khawatir yang berlebihan.
5. Kurang
bisa konsentrasi.
6. Merasa
bahwa kehidu pan ini sangt berat.
7. Perasaan
pesimis menghadapi masa depan.
b. Gangguan
Perilaku
Gangguan perilaku sebagai indikator
masalah kesehatan mental pada peserta didik meliputi beberapa hal berikut:
1.
Mengonsumsi alkohol
atau obat-obat terlarang.
2.
Suka menggangu hak-hak
orang lain atau melanggar hukum.
3.
Melakukan sesuatu
perbuatan yang dapat mengancam kehidupan yang bersangkutan.
4.
Melakukan diet secara
terus menerus atau obsesi untuk memiliki tubuh yang langsing.
5.
Menghindari
persahabatan, atau senang hidup meneyndiri.
6.
Sering melamun.
7.
Sering menampilkan
perilaku yang kurang baik, atau melakukan kenakalan di sekolah.
Gangguan kecemasan
adalah kecemasan dengan intensitas yang besar, intensitasnya sangat kuat dan
bersifat negatif yang akan menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu terhadap
keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan. Freud membagi
kecemasan kedalam tiga tipe
(Calvin S. Hall, 1993):
1.
Kecemasan realistik,
yaitu rasa takut terhadap ancaman atau bahaya-bahaya nyata yang ada didunia
luar atau lingkungannya.
2.
Kecemasan neurotik,
adalah rasa takut dengan pemikiran bahwa instingnya akan lepas dari kendali dan
menyebabkan dia berbuat sesuatu yang bisa membuatnya di hukum. Kecemasan
neurotik berkembang berdasarkan pengalaman yang diperolehnya pada masa
kanak-kanak, terkait dengan hukuman dan ancaman dari orangtua maupun orang lain
yang mempunyai otoritas, jika dia melakukan perbuatan impulsif.
3.
Kecemasan moral, yaitu
rasa takut terhadap suara hati (super ego). Orang-orang yang memiliki super ego
yang baik cenderung merasa bersalah atau malu jika mereka berbuat atau berfikir
sesuatu yang bertentangan dengan moral. Sama halnya dengan kecemasan neurotik,
kecemasan moral juga berkembang berdasarkan pengalaman yang diperolehnya pada
masa kanak-kanak, terkait dengan hukuman dan ancaman dari orangtua maupun orang
lain yang mempunyai otoritas, jika dia melakukan perbuatan melanggar norma.
1)
Depresi, yaitu gangguan
jiwa pada seseorang yang ditandai dengan perasaan yang merosot, seperti muram,
sedih, perasaan terekan.
2)
Phobia, yaitu ketakutan
yang sangat berlebihan terhadap benda atau keadaan tertentu yang dapat
menghambat kehidupan penderitanya.
3)
Panik, yaitu perasaan
bingung atau takut dengan mendadak sehingga tidak dapat berfikir dengan tenang.
4)
Avoidant, suatu kondisi
karakteristik dimana individu mengalami hambatan-hambatan sosia, rasa tidak
percaya diri, sensitif mengevaluasi diri dan menghindari interaksi sosial.
5)
Dependent, yaitu
gangguan kecemasan yang ditandai dengan ketergantuangan seseorang terhadap
sesuatu atau orang lain.
6)
Obsesif Kumpulsif,
yaitu ganguan kecemasan yang ditandai dengan pikiran, impuls, gambaran atau
gagasan yang berulang dan mengganggu (obsesi) disertai dengan upaya untuk
menekan pikiran-pikiran tersebut melalui perilaku fisik atau mental tertentu
yang irrasional dan ritualistik (kompulsi).
Kondisi
kesehatan mental yang tidak baik pada peserta didik akan menimbulkan berbagai
masalah terutama penyesuaian diri di lingkungan sekolah, rumah maupun
masyarakat. Kegagalan dalam penyesuaian diri secara posiftif, dapat
mengakibatkan individu melakukan penyesuaian diri yang salah. Penyesuaian diri
yang salah ditandai dengan berbagai bentuk tingkah laku yang serba salah ,
tidak terarah, emosional, sikap yang tidak realistik, agresif, dan sebagainya.
Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian diri yang salah, yaitu (i) reaksi
bertahan, (ii) reaksi menyerang, dan (iii) reaksi melarikan diri.
(i) Reaksi
bertahan, Individu berusaha untuk mempertahankan
dirinya, seolah-olah tidak menghadapi kegagalan. Ia selalu berusaha untuk
menunjukkan bahwa dirinya mengalami kegagalan.
Bentuk khusus reaksi ini antara lain:
·
Rasionalisasi, yaitu bertahan dengan mencari-cari alasan
untuk membenarkan tindakannya.
· Represi,
yaitu
berusaha untuk menekan pengalamannya yang dirasakan kurang enak ke alam tidak
sadar. Ia berusaha melupakan pengalamannya yang kurang menyenangkan.
· Proyeksi, yaitu melemparkan
sebab kegagalan dirinya kepada pihak lain untuk mencari alasan yang dapat
diterima. Misalnya, seorang siswa yang tidak lulus mengatakan bahwa guru
membenci dirinya.
·
“Sour graps” (anggur kecut), yaitu
dengan memutarbalikan kenyataan. Misalnya seorang siswa yang gagal mengetik,
mengatakan bahwa mesin ketiknya rusak, padahal dia sendiri tidak bisa mengetik.
(ii) Reaksi
menyerang, orang yang mempunyai penyesuaian diri
yang salah menunjukkan tingkah laku yang bersifat menyerang untuk menutupi
kegagalannya. Ia tidak mau menyadari kegagalannya. Reaksi-reaksinya tampak
dalam tingkah laku:
· Marah
secara sadis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar