Sabtu, 17 Desember 2016

Tiga Zaman Perkembangan Pemikiran Manusia



   Titik tolak Comte yang terkenal adalah tanggapannya atas perkembangan pengetahuan manusia, baik perseorangan maupun umat manusia secara keseluruhan. Melalui tiga zaman atau tiga stadia. Menurutnya,  perkembangan menurut tiga zaman ini merupakan hokum yang tetap. Ketiga zaman itu ialah:
1.      Zaman Teologis
Pada zaman teologis, manusia percaya bahwa dibelakang gejala-gejala alam terdapat kuasa-kuasa adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala tersebut.  Kuasa-kuasa ini dianggap sebagai makhluk yang memiliki rasio dan kehendak seperti manusia, tetapi orang percaya bahwa mereka berada pada tingkatan yang lebih tinggi dari pada makhluk-makhluk ini sani biasa. Zaman teologi dapat dibagi lagi menjadi tiga macam:
·         Animisme, tahapan animise merupakan tahapan paling primitive karena benda-benda dianggap mempunyai jiwa.
·         Politeisme, tahap politiesme merupakan perkembangan dari tahap pertama, pada tahap ini, manusia percaya pada dewa yang masing-masing menguasai suatu lapangan tertentu ;dewa laut, dewa gunung, dewa halilintar, dan sebagainya.
·         Monoteisme, tahap monoteisme ini lebih tinggi dari pada dua tahap sebelumnya, karena pada tahap ini, manusia hanya memandang satu Tuhan sebagai penguasa.
2.      Zaman Metafisis
Pada zaman ini, kuasa-kuasa adikodrati diganti dengan konsep dan prinsip yang abstrak, seperti “kodrat” dan “penyedap”. Metafisis di zaman ini dijunjung tinggi.
3.      Zaman Positif
Zaman ini dianggap Comte sebagai zaman tertinggi dari kehidupan manusia. Alasannya ialah pada zaman ini tidak lagi ada usaha manusia untuk mencari penyebab-penyebab yang terdapat dibelakang fakta-fakta.  Manusia kini telah membatasi diri dalam penyelidikannya pada fakta-fakta yang disajikan kepadanya. Atas dasar observasi dan dengan menggunakan rasionya, manusia berusaha menetapkan relasi atau hubungan persamaan dan urutan yang terdapat antara fakta-fakta. Pada zaman terakhir inilah dihasilkan ilmu pengetahuan dalam arti yang sebenarnya.
Hukum tiga zaman tidak saja berlaku pada manusia sebagai anak manusia berada pada zaman teologis, pada masa remaja, ia masuk zaman metafisis dan pada masa dewasa, ia memasuki zaman positif. Demikian pula, ilmu pengetahuan berkembang mengikuti tiga zaman tersebut yang akhirnya mencapai puncak kematangannya pada zaman positif.
4.      Altruisme
Altruisme merupakan ajaran Comte sebagai kelanjutan dari ajarannya tentang tiga zaman. Altruisme diartikan sebagai “menyerahkan diri kepada keseluruhan masyarakat”. Bahkan, bukan “salah satu masyarakat” melainkan I’humanite “suku bangsa manusia”- pada umumnya. Jadi, “altruism bukan sekedar lawan “egoism”.
Keteraturan masyarakat yang dicari dalam positivism hanya dapat dicapai kalau semua orang dapat menerima altruism sebagai prinsip dalam tindakan mereka. Sehubungan dengan altruism ini, Comte menganggap bangsa manusia menjadi semacam pengganti Tuhan. Keilahian baru dari positivism ini disebut le  Grang Eire : Maha Makhluk”. Dogma satu-satunya agama ini adalah cinta kasih sebagai prinsip,  tata tertib sebagai dasar, kemajuan sebagai tujuan.
Altruisme Comte merupakan para doksal dari hokum tiga zamannya karena ia meninggalkan agama. Bila paham altruism ini dibandingkan dengan filsafat Islam,  akan tampak dalam pemikiran yang dikembangkan oleh para filosof hukum Islam yang membagi dua macam hak. Pertama, mereka sebut haqqullah, yakni hak Allah SWT. Kedua, mereka namai hak adamiyy, yakni hak manusia.  Haqqullah ini digunakan untuk menjelaskan kepentingan bersama, baik masyarakat maupun Negara, yang merupakan symbol dari kehendak Allah SWT. Sementara hak Adamiyy yang  berarti hak manusia melambangkan kebebasan individu untuk menggunakan hak pribadinya.
Ujung dari pencarian kebenaran yang dilakukan oleh Auguste Comte adalah falsafahnya tentang hidup manusia yang membutuhkan hubungan dengan zat yang sempurna, yang diwujudkan dalam bingkai teori sosiologinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar