Sabtu, 24 Desember 2016

Faktor Internal yang Mempengaruhi Proses Belajar



Keberhasilan proses belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.

1.      Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu.
A.    Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam.
Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu, keadaan tonus jasmani sangat mempengaruhi proses belajar dan perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.
Cara untuk menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah:
a.       Menjaga pola makan yang sehat dengan memperhatikan nutrisi yang masuk kedalam tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu, dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar.
b.      Rajin berolahraga agar tubuh selalu bugar dan sehat.
c.       Istirahat yang cukup dan sehat.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indera. Panca indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indera yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru
maupun siswa perlu menjaga panca indera dengan baik, baik secara preventif maupun kuratif. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan,memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodik, mengkonsumsi makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.

B.     Faktor psikologis
Faktor–faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, bakat, kebiasaan belajar dan kemandirian belajar.

1.) Kecerdasan/intelegensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang normal dapat berhasil dengan baik dalam belajar, jika ia belajar dengan baik, artinya belajar dednngan metode pembelajaran yang  efisien dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajarnya memberi pengaruh positif. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasannya.

2.) Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar.
Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin,1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.

Jenis-jenis Motivasi Belajar
Dari sudut sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya tetapi sudah mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar anatara lain adalah:
a. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelisiki dunia yang lebih luas
b. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju
c. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara, guru, dan teman-teman.
d. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya.
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberikan pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah. Motovasi yang terbentuk oleh faktor eksternal seperti ganjaran dan hukuman (Woolfolk, 1993). Misalnya seorang siswa mengerjakan PR karena takut dihukum oleh guru.

Teori-teori Motivasi
Morgan, dkk. (1989) mengemukaakan empat teori motivasi yaitu :
1.      Teori Drive
Menurut teori ini motivasi terdiri dari :
a.       Kondisi tergerak
b.      Perilaku diarahkan ke tujuan yang diawalli dengan kkondisi tergerak
c.       Pencapaian tujuan secara tepat
d.      Reduksi kondisi tergerak dan kepuasaan subjektif dan kelegaan tatkala tujuan tercapai.
2.      Teori Insentif
Menurut teori ini, objek tujuan menarik perilaku kearah mereka. Bagian terpenting teori insentif adalah individu mengharapkan kesenangan dari pencapaian dari apa yang disebut insentif positif dan menghindari apa yang disebut sebagai insentif negatif.
3.      Teori Opponent-Process
Teori ini mengambil pandangan hedonistic tentang motivasi, yang memandang bahwa manusia di motivasi untuk mencari tujuan yang member perasaan emosi senang dan menghindari tujuan yang menghasilkan ketidaksenangan.
4.      Teori Optimal-Level
Menurut teori ini individu di motivasi untuk berperilaku dengan cara tertentu untuk menjaga level optimal pembangkitan yang menyenangkan.
Keempat teori yang dikemukakan oleh morgan, dkk tersebut bisa dikatakan sebagai pandangan lama tentang motivasi. Elliot,dkk. (1996) mengemukakan empat teori motivasi yaitu: teori Hirarki kebutuhan Maslow, teori Kognitif Bruner, teori Kebutuhan Berprestasi dan teori Atribusi.

Peran Motivasi dalam Mencapai Keberhasilan Belajar
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri individu yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki akan tercapai (Sardiman,1990).
Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam penumbuhan gairah, perasaan dan semangat untuk belajar. Motivasi belajar adalah dorongan yang menjadi penggerak dalam diri seseorang untuk melakakukan sesuatu dan mencapai suatu tujuan yaitu untuk mencapai prestasi. Dengan demikian, motivasi memiliki peran strategis dalam belajar, baik pada saat akan memulai belajar disaat sedang belajar maupun saat berakhirnya belajar.

Teknik-Teknik Memotivasi Siswa
Menurut Sardiman (2001), teknik memotivasi siswa adalah sebagai berikut:
1.      Memberi angka atau nilai
2.      Memberi hadiah
3.      Membuat kompetisi
4.      Memberi ulangan
5.      Memberi pujian
6.      Memberi hukuman
7.      Menumbuhkan hasrat untuk belajar
8.      Menumbuhkan minat
9.      Menumbuhkan tujuan yang diakui

3.) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan (Slameto;2010). Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus disertai dengan rasa senang.  Dan minat juga merupakan faktor psikologis yang terdapat pada setiap orang sehingga minat terhadap sesuatu atau kegiatan tertentu dapat dimiliki setiap orang. Bila seseorang tertarik pada sesuatu maka minat akan muncul.
Dan pengertian menurut Taufani (2008:39) bahwa minat merupakan suatu kecenderungan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari atau mencoba aktivitas-aktivitas dalam bidang tertentu. Minat bukan bawaan dari lahir, melainkan dapat dipengaruhi oleh bakat. Minat diciptakan atau dibina agar tumbuh dan terasa sehingga menjadi kebiasaan.
Tidak adanya minat dapat mengakibatkan siswa tidak menyukai pelajaran yang ada sehingga sulit berkonsentrasi dan sulit mengerti isi mata pelajaran dan akhirnya berpengaruh terhadap hasil belajar. Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada yang lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap objek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap objek tersebut. Jadi, dari pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa terjadinya minat yaitu karena adanya dorongan dari perasaan senang dan adanya perhatian terhadap sesuatu.

Jenis-jenis Minat
1.      Minat Vokasional yaitu merujuk pada bidang-bidang pekerjaan. Minat ini terbagi menjadi 3 yaitu :
·         Minat profesional misalnya: minat keilmuan, seni dan kesejahteraan sosial.
·         Minat komersial misalnya: minat pada pekerjaan dunia usaha, jual beli, periklanan, akuntasi, dan lain-lain
·         Minat kegiatan misalnya: fisik, mekanik, kegiatan luar dan lain-lain.
2.      Minat Avokasional yaitu minat untuk memperoleh kepuasan atau hobi. Misalnya petualangan, hiburan, apresiasi dan lain-lain.

4.)    Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Bakat merupakan potensi yang dimiliki oleh seseorang sebagai bawaan sejak lahir. Contohnya seorang yang berbakat melukis akan lebih cepat mengerjakan pekerjaan lukisnya dibandingkan seseorang yang kurang berbakat.
Potensi bawaan peserta didik sampai menjadi bakat berkaitan dengan kecerdasaan intelektual (IQ) peserta didik. Tingkat intelektualitas peserta didik berbakat biasa cenderung di atas rata-rata. Namun peserta didik yang intelektualitasnya tinggi, tidak selalu menunjukan peserta didik berbakat. Misalnya, bakat seni dan olahraga, keduanya memerlukan strategi, taktik dan logika yang berhubungan dengan kecerdasan. Dengan demikian, umumnya peserta didik yang berbakat memang memiliki tingkat intelegensi di atas rata-rata.
Peserta didik yang berbakat adalah peserta didik yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul. Kemampuan-kemampuan tersebut meliputi:
1.      Kemampuan intelektual umum (kecerdasan atau intelegensi)
2.      Kemampuan akademik khusus
3.      Kemampuan berpikir kreatif dan produktif
4.      Kemampuan memimpin
5.      Kemampuan dalam salah satu bidang seni
6.      Kemampuan psikomotorik (seperti dalam olahraga)
Selain itu ada faktor lain yang juga turut menentukan perkembangan potensi peserta didik menjadi bakat, yakni kecerdasan emosi (Emotional Quetint). Peserta didik yang kontrol emosinya bagus, akan lebih baik dalam mengembangkan bakat yang ia miliki. Misalnya, ketika ia memiliki bakat menyanyi, maka saat harus naik pentas ia akan menyanyi dengan penuh percaya diri. Artinya, baik IQ dan EQ berperan menunjang keberhasilan peserta didik dalam mengembangkan potensinya menjadi bakat. Namun  demikian, selama ini orang tua lebih terpaku pada upaya peningkatan intelektualitas semata, sehingga peserta didik hanya diberikan konsumsi untuk daya pikirnya dan EQ-nya tidak dikembangankan.

Jenis-jenis Bakat
1.      Bakat umum, merupakan kemampuan yang berupa potensi dasar yang bersifat umum, artinya setiap orang miliki.
2.      Bakat khusus, merupakan kemampuan yang berupa potensi khusus, artinya tidak semua orang memiliki misalnya bakat seni, pemimpin, dan olahraga. Selain itu juga bakat khusus terbagi lagi menjadi beberapa bakat anatara lain:
·         Bakat verbal : yaitu bakat tentang konsep-konsep yang diungkapkan dalam bentuk kata-kata.
·         Bakat numerikal : yaitu bakat tentang konsep-konsep dalam bentuk angka


Tanda-tanda Bakat peserta didik
Berikut ini tanda-tanda bakat yang bisa ditangkap sejak dini pada peserta didik yaitu:
1.      Mempunyai ingatan yang kuat, yaitu sanggup mengingat letak benda, tempat-tempat penyimpanan, lokasi-lokasi, dan sebagainya.
2.      Mempunyai logika dan keterampilan analitis yang kuat, yaitu sanggup menyimpulkan, menghubung-hubungkan satu kejadian denga kejadian lainnya.
3.      Mampu berpikir abstrak, yaitu membayangkan sesuatu yang tidak tampak, kemampuan berimajinasi dan asosiasi. Misalnya, membayangkan keadaan di bulan, diluar angkas atau tempat yang belum pernah dikunjungi.
4.      Mampu membaca tata letak (ruang), yaitu menguasai rute jalan, kemana harus berbelok, dan menyebutkan bentuk ruang.
5.      Mempunyai kemampuan mekanis. Misalnya, pintar bongkar pasang benda yang rumit.
6.      Mempunyai bakat musik dan seni.
7.      Pintar bersosialisasi, yaini mudah bergaul dan mudah berdaptasi.

5.) Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003).
Sikap juga merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu yang membawa diri sesuia dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan. Siswa memperoleh kesempatan belajar. Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar tersebut.
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya, berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan, meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang dipelajarinya bermanfaat bagi diri siswa.

6.) Kebiasaan Belajar

Kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor penunjang tercapainya prestasi belajar siswa. Dalam rangka mencapai prestasi belajar yang diharapkan,maka dalam kegiatan belajarnya, siswa hendaknya mempunyai sikap dan carabelajar yang sistematis. Cara belajar yang baik adalah suatu kecakapan yangdimiliki oleh setiap siswa dengan jalan latihan dalam usaha belajarnya sehinggamenjadi kebiasaan yang melekat pada dirisiswa.
Menurut Dr. Rudolf Pintner dalam Purwanto(2000: 112-115), cara belajaryang baik yaitu:
1.      Membaca dengan metode keseluruhan kepada bagian.
2.      Membaca dengan metode keseluruhan kepada lawan bagian
3.      Membaca dengan metode campuran aniara keseluruhan dan bagian.
4.      Membaca dengan metode resitasi.
5.      Jangka waktu belajar.
6.      Pembagian waktu belajar.
7.      Membatasi kelupaan.
8.      Menghafal.
9.      Kecepatan belajar dalam hubungannya dengan ingatan.
Dengan memiliki kebiasaan belajar yang baik maka setiap usaha belajar akan memberikan hasil yang memuaskan. Ilmu yang sedang dituntut dapat dimengerti dan dikuasai dengan sempurna serta ujian-ujian dapat dilalui dengan berhasil sehingga akhirnya dapat meraih prestasi yang optimal. Kebiasaan belajar yang baik itu haruslah dipupuk dan dikembangkan. Demikian pula kebiasaan belajar itu bukan sesuatu yang telah ada, namun sesuatu yang harus dibentuk. Sedangkan apabila memiliki kebiasaan belajar yang tidak sesuai atau kurang tepat maka akan memperoleh hasil yang tidak optimal sehingga akan mepengaruhi prestasi belajar siswa yang bersangkutan.
Kebiasaan belajar yang tidak sesuai dapat mempersulit siswa dalam memahami dan memperoleh pengetahuan sehingga memghambat kemajuan belajar siswa dan pada akhirnya akan mengalamikegagalan dalam berprestasi. Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanyakebiasaan belajar yang kurang baik. Menurut Dimyati (2002: 246), kebiasaanbelajar yang kurang baik antara lain berupa:
1.      Belajar pada akhir semester.
2.      Belajar tidak teratur.
3.      Menyia-nyiakan kesempatan belajar.
4.      Bersekolah hanya untuk bergengsi.
5.      Datang terlambat.
6.      Bergaya jantan seperti merokok, sok menggurui teman lain.

7.) Kemandirian Belajar
Kemandirian Belajar adalah kondisi aktifitas Belajar yang mandiri tidak tergantung pada orang lain, memiliki kemauan, inisiatif serta bertanggung jawab sendiri dalam menyelesaikan masalah belajarnya. Kemandirian Belajar akan terwujud apabila siswa aktif mengontrol sendiri segala sesuatu yang dikerjakan, mengevaluasi dan selanjutnya merencanakan sesuatu yang lebih dalam pembelajaran yang dilalui dan siswa juga mau aktif dalam proses pembelajaran.
Anton Sukarno (1989:64) menyebutkan siswa atau peserta didk yang memiliki ciri-ciri Kemandirian Belajar ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
·         Siswa merencanakan dan memilih kegiatan Belajar sendiri
·         Siswa berinisiatif dan memacu diri untuk Belajar secara terus menerus
·         Siswa dituntut bertanggung jawab dalam Belajar 
·         Siswa Belajar secara kritis, logis, dan penuh keterbukaan
·         Siswa Belajar dengan penuh percaya diri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar